RSS

Senin, 30 Juli 2018

Newbie Traveller 37 - Berkunjung ke Pekanbaru

Ini kali kedua saya ke Kota Bertuah, Pekanbaru. Kali pertama beberapa bulan lalu sebelum bertunangan dg si dia, sang suami. Itu pun cuma transit saja. Ternyata memang berjodoh, hingga bisa kembali menginjakkan kaki di kota ini bersama orang yg spesial yaitu suamiku mas Lukman Supriadi 
Gambar 1.
Saya sempat kebingungan ketika tiba di bandara Sultan Syarif Kasim II Int Airport, betapa tidak, hal itu dikarenakan bahasa petugas setempat yang kurang bisa saya mengerti. Petugasnya bilang, "satu, duwe, tige. Terime kasih". Ah, ternyata bahasa Melayu. Menurutku, mereka sangat cepat dalam bertutur kata dan aku berkali-kali, "Maaf kak,bisa diulangi lagi?"




Gambar 2.
Keluar dari bandara, ternyata bangunannya masih ala-ala melayu dan banyak tulisan arab melayu. Jadi ingat pelajaran muatan lokal ketika SD dan SMP, arab melayu. Jadinya, aku ga keliatan bodo-bodo amat.



Gambar 3.
Pekanbaru terkenal dengan jumlah tugunya yang cukup banyak. Salah satunya ini, Tugu Selamat Datang yang lokasinya tidak jauh dr bandara.




Gambar 4.
Perpustakaan Wilayah Provinsi Riau yang menurutku guedeeee banget dibandingkan dengan perpustakaan wilayah propinsi yang pernah aku lihat di Aceh. Pengen masuk, tapi hari itu libur.



Gambar 5.
Tugu Zapin namanya, berada dekat dengan perpustakaan wilayah. Katanya sih ini salah satu ikon Kota Pekanbaru.
Tugu Zapin ini juga berada tepat berada di titik 0 (nol) kilometer Pekanbaru. Sebelumnya di tempat ini berdiri tugu Pesawat. Tugu Zapin ini terbuat dari perak dan berharga 4,5 milyar.



Gambar 6.
Kala itu dengan polosnya aku bertanya pada suamiku, "Sayang, siapa sih Raja Haji Ali itu? Kok ini tempatnya luas banget?"
Suamiku tersenyum manis sekali kepadaku dan mulai menjelaskan, "Istriku sayang, ini adalah Bandar Seni Raja Haji Ali atau dikenal juga dengan Bandar Serai. Ini adalah tempat diselenggarakannya MTQ Nasional yang pertama kali dan yang ke 17. Di dalamnya ada Anjungan Idrus Tintin yang namanya diambil dr nama salah satu seniman Riau yang lahir di Kabupaten Indragiri Hulu. Anjungan tersebut adalah tempat diadakannya pertunjukan budaya dan seni, tepatnya tempat berkumpul para seniman Riau dan nasional. Seperti pada tahun 2007, tempat ini menjadi tempat diselenggarakannya Festival Film Indonesia (FFI)".




Wah, ternyata banyak sekali sejarah di Kota Pekanbaru yang belum aku ketahui. Terima kasih suamiku @lukman_supriadi atas jalan-jalan singkatnya di Kota Pekanbaru namun penuh wawasan  @ Pekanbaru

Newbie Traveller 36 - Saung Pengkolan 2

Ada banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan di Bandung. Pada postingan sebelumnya yang udah pernah diunggah, ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi seperti farm house, floating market, tangkuban perahu, dan lainnya. Tempat wisatanya memang dikonsep sedemikian rupa. Meski di Bandung ini banyak banget tempat wisatanya, tapi tetep aja ga pernah kehabisan ide untuk menyulapnya jadi tempat yang ketjeeehh dan asik. Cafe dan restoran udah berjamur banget di Bandung ini alias buaanyyaaakk banget. Salah satunya adalah tempat makan yang namanya Saung Pengkolan. 

Pada tulisan kali ini, aku pengen sedikit bagi pengalaman. Mana tau temen-temen yang lagi liburan di Bandung bisa mampir ke sini. Lembang dan Dago adalah titik lokasi berkumpulnya tempat wisata dan cafe yang keren buat ditongkrongin. Hmmm... Saung Pengkolan? Ini apa ya? Saung Pengkolan diambil dari bahasa Sunda. Kata 'saung' kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, kata 'saung' memiliki arti bangunan kecil seperti rumah di sawah atau di kebun dan kata 'pengkolan' berarti tikungan atau keluk (jalan dan sebagainya). Jika dibaca dari artinya aja pasti para pembaca udah tau ya, kalau itu adalah rumah yang ada di tikungan jalan. Yaps, benar sekali! Saung Pengkolan yang aku sambangi adalah rumah makan yang ada di pengkolan jalan. 

Saung Pengkolan ini ada 3 tempat, yang Saung Pengkolan 1 ada di deket Tangkuban Perahu, Saung Pengkolan 2 berada di jalan raya lembang, dan yang Saung Pengkolan 3 deketnya Kampung Gajah arah ke dusun bambu. Menurut aku, lokasinya strategis, ada pemandangan yang indah banget di sekelilingnya, kayak hutan-hutan hijau gitu.. Mestinya di daerah Saree, Jalan Medan-Banda Aceh bisa deh dibuat rumah makan yang kayak beginian.

Kali ini aku sama adek-adekku pergi ke Saung Pengkolan 2, yang lokasinya berada di Jalan Raya Lembang. Kalau dari kampus UPI atau Mesjid Darut Tauhidnya Aa Gym, kamu bisa naik Angkot warna putih yang jurusan St. Hall - Lembang. Kamu cukup bayar ongkos angkot 5ribu rupiah saja. Kalau kamu perginya bareng-bareng mendingan naik grab saja, sekitar 15rb hingga 25ribu, bergantung kemacetan sih. Kalau pakai promo perjalanan bisa lebih murah lagi. Nah, kalau ga macet 15-25 menit udah sampe, tapi kalau macet parah bisa sejam atau bahkan dua jam perjalanan menuju lokasi tersebut.



Pemandangannya asri banget


Ada 3 lantai tempat makannya dan di setiap spot kita bisa foto-foto


 Rumah makan Saung Pengkolan 2 ini makanannya juga enak-enak banget loh.. Hmm.. Yum yum.. Harganya memang lumayan mahal start from 10-80ribuan. Air mineral aja 10ribuan. Hehe.. Tapi porsinya emang gede sih, mengenyangkan banget.


Menunya jus terong belanda mixed, nasi plus sayur asem dan ayam
Eh, ada lotek juga dan ada tahu

Kalau di Aceh, lotek itu semacam pecel. nah bedanya di sini kalau bilang pecel itu pecel lele, alias lele penyet pake nasi. kalau di Aceh mah kayak lele penyet, ayam penyet.

ohya, jangan takut ya.. di sini ada musolla dan bahkan ada hotel juga. Jadi kalau mau bermalam bisa juga loh. Segitu aja deh, Semoga Bermanfaat ya...






Sabtu, 21 Juli 2018

Perlukah Memarahi Siswa?

Perlukah seorang guru memarahi siswanya?
Bahkan mungkin orang tuanya saja tidak pernah memarahinya.
Tapi ia tetap berangkat ke sekolah dan mengikuti pembelajaran di kelas meski mungkin hatinya sedih karena Anda memarahinya.
Perlukah seorang guru memarahi siswanya?
Ingat, meski guru adalah orang tua kedua siswa, tapi Anda bukanlah orang tua sedarahnya.
Tapi ia tetap berangkat ke sekolah dan mendengarkan perkataan Anda selama pembelajaran di kelas meski mungkin ia sedang tidak konsentrasi.
Perlukah seorang guru memarahi siswanya?
Bisa saja, siswa itu memiliki masalah di rumahnya,
misalnya saja, orang tuanya baru saja bertengkar di depan matanya, atau
ia melihat Ayah/Ibunya selingkuh dengan perempuan/laki-laki lain, atau
ia melihat Ayah/Ibunya membunuh, mencuri, atau hal buruk lainnya.
Tapi ia tetap berangkat ke sekolah meski mungkin hatinya hancur.
Perlukah seorang guru memarahi siswanya?
Padahal mungkin ia datang ke sekolah dengan perut lapar karena di rumahnya tak ada makanan,
ia tetap masuk ke kelas dan mengikuti pembelajaran.

Anda tau kenapa ia tetap bersekolah?
Karena orang tuanya dan Anda, gurunya selalu berkata,
"Dengan belajar di sekolah maka kamu akan menjadi orang pintar, menjadi orang sukses, kamu dapat menggapai cita-citamu kelask, kamu tidak akan ditipu," dan masih banyak lagi iming-iming lainnya.
Lantas jika demikian, patutkah sebagai seorang guru malah menghancurkan impian dan cita-citanya dengan kata-kata kasar Anda?

Mereka bukan anak kandungmu,
mereka hanyalah titipan orang tuanya padamu,
jika memang orang tuanya tidak mampu mengajarkan kebaikan di rumah,
maka Anda-lah sebagai gurunya yang merupakan harapannya anak, 
sandaran mereka jika orang tuanya sibuk,
Anda-lah sebagai gurunya yang akan memberikan petuah dan nasihat untuk menyejukkan hatinya.
Anda-lah sebagai gurunya tempat ia bercerita keluh kesahnya.

Bisa jadi Anda memarahi siswa hari ini,
mungkin 10 tahun ke depan, bisa jadi dialah yang paling pertama yang akan mengulurkan tangannya untuk Anda karena ia mengingat Anda pernah menjadi gurunya.
Bisa jadi Anda memarahi siswa hari ini,
mungkin 10 tahun ke depan, dialah yang akan memperdulikan Anda karena ia mengingat bahwa Anda pernah mengajarinya dulu.
Tidak ada yang pernah mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.

Selain mengajarkan ilmu pengetahuan, seorang guru juga memberikan contoh yang baik kepada anak, seorang guru yang memiliki budi pekerti baik, bukan malah menghancurkan.
Semoga kita menjadi guru yang baik bagi siswa kita.


Minggu, 08 Juli 2018

My Happiest Day Ever!

Alohaaaa...
Udah berapa bulan ya ga nulis di blog? Hampir 3 bulan sepertinya. LoL
Iya nih, akibat dirundung musibah yang bertubi-tubi. Tapi, Alhamdulillah sekarang semuanya sudah kembali lancar. Terima kasih ya Allah. Aku yakin deh, ga selamanya hujan terus turun, pasti akan tiba masanya reda dan berhenti yang kemudian disambut pelangi. Aw aw, co cwiiitt.. 

Hari ini pengen nulis tentang, My Happiest Day Ever!
Apaan sih? Akhirnya aku nikah, muah muah. Alhamdulillah aku sudah dipertemukan dengan jodohku oleh Sang Maha Pengatur Jodoh.  Aku menikah dengan seorang lelaki Jawa yang bernama Lukman Supriadi pada tanggal 24 Juni 2018, tepatnya hari Ahad dan hari ke-10 Syawal 1439 H yang katanya sih hari baik menikah itu di bulan Syawal di tanggal 1, 10, dan 20. Ada hadisnya sih, tapi aku lupa, nanti deh dicrosscheck lagi. Inget ga sama tulisan aku di blog ini tentang Stranger. Ya itu, ternyata dia menjadi suamiku sekarang. Hihihihi.

Ternyata ada banyak rintangan ya ketika akan menikah. Nasihat dari kakak ku agar banyak-banyak membaca doa agar diberi kemudahan. Suamiku dulu sebelum menikah juga sempat memberikan nasehat kalau-kalau nanti ada kesalahpahaman hendaknya salah satunya diam dan jangan menambah masalah. Selain itu juga perbanyak sabar, jika memang tidak ada hal penting yang dibicarakan hendaknya jangan berkomunikasi. Iya, ditakutkan hanya karena masalah sepele malahan jadi masalah besar akibat setan terus saja mengusik kita. Kenapa sih setan mengusik orang yang mau menikah. Ya jelas! Menikah adalah ibadah besar yang mana semuanya menjadi pahala. Tersenyum pada suami/istri jadi pahala, membuatkan secangkir teh saja sudah jadi pahala, berpegangan tangan saja jadi pahala, mencium kening istri jadi pahala, mencium tangan suami sebelum ia berangkat bekerja juga jadi ladang amal yang berlimpah, mencari nafkah dengan niat untuk mencukupkan kebutuhan istri menjadi pahal. Bayangkan kerja dari jam 7.30 sampai jam 17.00 setiap detiknya menjadi pahala. Waaahhhhh... pantesan aja setan makin gencar buat menggoda para calon pengantin agar tidak jadi menikah. Dasar ya si setan itu.

Setelah menikah, setan juga teruuuussss aja menggoda. Misalnya, hal sepele bisa jadi masalah besar. Pesan orang tuaku adalah agar selalu taat pada suami. Apa-apa ditanyakan pada suami, mau keluar jangan lupa minta ijin sama suami. Nah, itu katanya ayah. Kalau katanya mama, jangan pernah membantah kata suami selagi itu baik, hilangkan egois dalam diri, kalau salah jangan gengsi atau enggan minta maaf, kalau suami pulang kerja disambut dengan senyuman, rawat diri baik-baik dan cantik ketika di depan suami, jangan pemalas juga. Suami itu paling ga suka istri pemalas. Kalau pesan dari kakakku, jangan pernah melupakan keluarga meski sudah bersuami dan apabila suami ada kesalahan sepele jangan dibesar-besarkan, jika ada masalah besar ya dikecilkan. Wahh.. petuah-petuah yang sangat baik dan aku sangat senang.

Jika ditanya orang, bagaimana perasaannya setelah menikah? Ya Allah, Alhamdulillah yang tak henti rasanya ingin aku ucapkan. Aku mendapatkan suami yang rajin solatnya, baik hatinya, pengertian, perhatian, pekerja keras dan romantis. Suamiku juga orang yang selalu mengingatkanku dalam kebaikan-kebaikan. Aku merasa orang tuaku memang sedih karena anaknya harus pergi jauh karena ikut dengan suami. Tapi di satu sisi, mereka bahagia karena suami yang mendampingiku adalah sosok yang mereka anggap bisa menggantikan tanggung jawab mereka sebagai orang tua dengan baik. Meski ada yang bilang, "Ah, namanya juga pengantin baru, wajar aja lah masih romantis, coba deh udah setahun, udah biasa aja pasti, sering ribut." Astaghfirullah, semoga Allah jauhkan hal-hal yang tidak baik dalam rumah tangga kami. Tapi sebenarnya, ada kok beberapa orang yang setelah menikah malah merasa tidak bahagia, merasa terkurung karena apa-apa harus ijin suami, karena apa-apa harus menuruti kata-kata suami. Bahkan sampai 2 tahun menikah pun masih  merasa ga bahagia. Semoga Allah jauhkan kami dari godaaan syetan yang terkutuk ituhhh! 

Suamiku selalu berpesan agar tidak berlebihan dalam hal apapu, selalu lah kita bersyukur kepada Allah baik dalam hal senang ataupun susah. Jadi teringat ketika kami berdua selesai makan sate padang di Restoran Plaza Pekanbaru. Aku berkata, "Adek kenyang mas." Sontak suamiku berkata, "Dek, ga boleh gitu. Bilangnya Alhamdulillah.. Alhamdulillahilladzi ... ", Aku pun langsung tersipu malu karena lupa membaca do'a usai makan. "Astaghfirullah, iya mas" Aku pun membaca do'a usai makan. Lanjut suamiku berkata, "Baca doa dulu, ingat Allah dulu. Baru deh bilangnya adek kenyang mas. Gitu sayangku ya.." Kalau diingat-ingat, rasanya aku bahagiaaaaaaaaaa sekali, sampai saat ini aku merasa bahagiaaa sekali mendapatkan seorang suami yang hatinya tertaut pada Allah. Alhamdulillah terima kasih ya Allah telah memberikanku suami yang luar biasa. Suamiku yang selalu bekerja keras, terima kasih suamiku. Semoga suamiku selalu sehat dan bahagia hidup bersamaku. Semoga aku menjadi istri yang dapat menyejukkan hatinya dan taat kepadanya. Semoga suamiku dapat diberikan kesabaran jika aku sebagai istrinya melakukan kesalahan. Duhai suamiku, tolong dengan sabar terus menasehatiku dan mendoakanku agar hatiku dan akhlakku menjadi lebih baik dan taat kepadamu. Semoga aku dijauhkan dari hal-hal yang dapat membuat hatimu sedih dan jengkel. Semoga kita berdua selalu bersama hingga menuju syurga Allah. Betapa aku ingin , kita tetap bersama di syurga kelak.

Aku juga sempat membaca bahwa agar terjaganya rumah tangga dari hal yang tidak baik adalah dengan menambah amalan berupa solat sunnah. Semoga rumah tangga kami dijauhkan dari hal yang tidak baik, selalu diberikan kesejukan, dihimpun dalam kebaikan-kebaikan dan tabah jika suatu saat nanti ditimpa oleh masalah. Semoga Allah meridhoi setiap langkah kami dan menjaga kami. Amiiin.



Senin, 30 April 2018

Menikah Seperti Hitungan Matematika

Bandung, 3 April 2018

Ahhh.. Ternyata sudah sangat lama tidak menulis uneg-uneg di blog tercintah ini. Abisnya gatau sih mau nulis apa. Tapi sekarang  udah ada beberapa yang pengen ditulis. Salah satunya adalah tulisan kali ini. Tulisan ini terinspirasi saat perjalanan dari kosan ke sekolah penelitian tesisku. #Apaansih? Kayaknya gak ada hubungannya deh. Hahaha..

Well,
Menikah. Tentu bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang terlalu rumit. Aku menggambarkan kata "menikah" dengan sangat sederhana. Ada yang mau tau? Seperti hitungan pada operasi tambah. Ya, menikah itu seperti angka 1 ditambah 1 sama dengan 2. Secara matematis dapat dituliskan 1+1=2.
Sangat sederhana, bukan? Sederhana tapi punya makna mendalam menurutku. Kok bisa sih? Aku akan mencoba menguraikan apa maksudnya.

Menikah ⇒ 1+1=2
Ya, menikah sama artinya satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang kemudian hidup berdua bersama-sama selamanya. Namun ingat, angka 1 berubah menjadi angka 2. Itu artinya, jika dulu sebelum menikah, satu orang atau seorang perempuan dan satu orang atau seorang laki-laki hanya memikirkan dirinya sendiri. Namun ketika sudah menikah, maka tidak ada lagi yang hanya memikirkan dirinya sendiri, semuanya adalah berdua. Tentu hal ini tidak mudah. Berikut ini akan saya tunjukkan beberapa contoh sederhana dala kehidupan sehari berdasarkan observasi terhadap pasangan yang sudah menikah.

Contohnya saja, mungkin ketika dulu masih sendiri atau pada masa lanjang, seorang laki-laki yang sudah bekerja dan berpenghasilan 5juta setiap bulannya akan merasa sangat cukup. Bahkan mungkin, sangat cukup untuk berfoya-foya dan membeli barang branded di mall. Tapi, ketika menikah mungkin penghasilan 5juta rupiah tersebut belum mencukupi karena si laki-laki harus membiayai kebutuhan pasangannya atau sebut saja, istri. Apakah para laki-laki sudah siap dengan semua itu?  Apakah para laki-laki sebagai suami sudah siap berbagi uang dari hasil keringatnya hanya untuk istri dan anak-anaknya? Apakah para laki-laki sudah baik ibadahnya? Karena ketika nanti dirimu menjadi suami maka tanggung jawabmu sesungguhnya adalah amat besar. Duhai para laki-laki calon suami, kelak jika engkau menikah maka engkau akan menggantikan posisi ayah dan ibu si perempuan yang akan menjadi istrimu. Sudah siapkah engkau menjaga anak perempuannya dan menggantikan posisi orang tuanya?Aku cuma pengen mengajak para laki-laki untuk sedikit berpikir. Peran menggantikan kewajiban dan tanggung jawab orang tua dari si perempuan yang merupakan istrimu bukan hanya memenuhi nafkahnya dan kebutuhannya saja secara materiil, tapi seluruh nafkah lahir batin. Dulu ketika perempuan itu belum menjadi istrimu, saat ia sakit maka si orang tua perempuan tersebut merawatnya dengan penuh kasih sayang dan memenuhi segala kebutuhannya pada saat sakit. Kemudian menurut kalian para laki-laki, apakah kalian sudah dikatakan sebagai suami yang patut ditaati jika istri sedang sakit malah tak kau pedulikan, tak kau rawat malah kau cuekin saja?? TENTU TIDAK! Seorang istri akan sangat senang jika suaminya memperhatikan dirinya secara lebih saat ia sedang sakit dan membutuhkan sandaran. Apakah kalian para laki-laki sudah siap menyisihkan waktu istirahat kalian untuk merawat istri yang sedang sakit? Apakah kalian para laki-laki sudah siap menyisihkan waktu istirahat kalian hanya untuk mendengarkan keluh kesah istrimu? Apalagi jika suatu saat nanti, kedua orang tua perempuan tersebut telah tiada. Maka hanya engkaulah, duhai lelaki yang menjadi suami, tempat si perempuan itu mengadu dan berkeluh kesah. Bukankah dulu sebelum engkau menjadi sandaran perempuan tersebut, orang tuanya lah tempat ia mengadu, orang tuanya lah tempat ia berkeluh kesah. Orang tua si perempuan menerima apa adanya dengan keadaan anak perempuannya, menegur dengan kasih sayang jika anak perempuannya berbuat salah. Lantas, apakah kamu para suami pantas menuntut ini dan itu kepada perempuan itu yang sekarang menjadi istrimu? Lantas, apakah kamu para suami pantas memarahi perempuan itu yang sekarang menjadi istrimu? Sungguh kamu sangat tega jika kamu memperlakukan tidak lebih baik dari orang tua si perempuan tersebut. Lantas, kenapa kamu memutuskan untuk menikah? Hanya karena hubungan seksual yang tak dapat kau tahan lagi? Jangan, saranku jangan engkau menikah hanya karena itu. Pikirkanlah secara matang, karena ketika kau menikah, kau bukan lagi satu tapi kau adalah dua dengan seorang  istrimu. Kau harus membuang egomu dan berani meminta maaf. Duhai para lelaki kalian harus tau bahwa ketika menikah, kalianlah yang menjadi sandaran istri kalian. Kalian lah yang menjadi pengganti orang tua istrimu itu. Jikalau kau adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab maka kau akan sadar dengan peranmu yang sesungguhnya. Peranmu bukan saja menjadi suami, namun juga pelindung sama halnya seperti Ayah si istri yang melindungi anaknya. Peranmu bukan saja menjadi suami, tapi juga seperti Ibu si istri saat istri sedang sakit. Betapa ia membutuhkan kasih sayang seorang ibu, namun engkaulah para suami pengganti ibu sitrimu itu. Pernahkah kamu melihat betapa sabar sang ibu menjaga anaknya? Begitulah harusnya kalian para lelaki yang dengan sabar dan memberikan kasih sayang yang lebih saat anaknya sakit layaknya seorang Ibu. Mungkin memang tidak mungkin akan sempurna namun setidaknya engkau telah mencoba.

Kasus lain lagi, mungkin pada saat masa lajang, seorang perempuan yang ingin bepergian kemana saja ya langsung pergi saja. Tapi ingat, ketika sudah menikah maka ia harus meminta izin sang suami untuk keluar dari rumah. Jangan langsung keluar tanpa seizin suami. Logika yang sangat indah. Mengapa seorang perempuan yang sudah menikah tak boleh sering keluar rumah dan tak boleh tanpa izin suami? karena ditakutkan melakukan kegiatan gosip yang berujung pada membuka aib keluarga. Yang lebih ditakutkan lagi adalah membuka aib suaminya sendiri. Nah loh... Ingat, sekrang kamu udah engga sendiri lagi, seorang perempuan punya tanggung jawab di rumah yaitu mengurus suami. Kamu ga hidup sendiri lagi, ada yang harus diurusi di rumah. Nah, sekrang pertanyaan bagi kaum perempuan. Sudah siapkah kalian mengambil tanggung jawab tersebut? Ya kalau belum, jangan menikah dulu. Belum tentu suamimu akan memahami sifatmu, belum tentu suamimu akan menerima keadaanmu dulu yang suka jalan-jalan dengan bebas. Beruntung bisa mendapat suami yang paham kondisi kamu, duhai perempuan. Tapi apakah mungkin setiap saat dipahami terus? Tentu ada kewajiban kamu yang harus kamu penuhi. Kasihan kalau suamimu terus-terusan yang memahami kamu. Tentu kamu harus juga memahami suami. Nah kalau begini kan indah.

Maka konsep yang diingat adalah sekarang kamu bukan 1 lagi tapi 2. Ada banyak ego dan harga diri yang terkadang harus dibuang jauh agar hubungan tetap harmonis.

Pesan Bermakna dari Hidup Merantau

Beberapa hari ini banyak sekali orang-orang di sekitar saya yang mengeluhkan moral seseorang yang bikin kesel nan pengen ditabokin. Hahahah.. Jadi saya kepikiran untuk menganalisis fenomena ini. Meski mungkin gak penting bagi sebagian orang. Tapi bagi saya, saya sangat bersyukur. Kenapa? Karena bisa jadi pembelajaran bagi diri saya sendiri sehingga tak mengulangi hal tersebut. Menurut pengamatan saya, hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman hidup merantau di negeri orang. Eh, kok bisa sih? Ya bisa dong. Yuk kita simak ulasannya.

1. Hidup merantau menempa diri menjadi pribadi yang peka terhadap keadaan
Poin ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi. Orang yang hidup merantau biasanya akan menjadi lebih sensitif dan peka terhadap keadaan. Eits, tunggu dulu! Keadaan yang bagaimana nih maksudnya? Begini, contoh kasusnya aja langsung ya.. Ketika hidup merantau, gaes pasti pada jauh dari orang tua dan keluarga. Kalau sakit, mau minta tolong sama siapa kecuali teman. Memang sih semua pertolongan mintanya sama Allah. Tapi kan kita butuh juga orang lain buat nitip belikan makanan ke luar kalau kita lagi sakit, ga mungkin kan dengan berdoa sama Allah terus makanan udah turun aja dari langit. Kita mah bukan Nabi atau Rasul, kita harus sadar kita hanya manusia tanpa mukjizat. Itulah yang dinamakan ada do'a dan ada ikhtiar. Okay, back to the topic! Dengan adanya tolong-menolong antara teman saat hidup merantau maka akan melatih kita menjadi seorang pribadi yang peka untuk menolong teman kita tersebut jika dia sedang sakit. Betapa indahnya bukan? Terus saat jauh dari orang tua, kita perlu duit, ada teman yang membantu kita. Pasti kita bakal ngerasa tertolong banget. Bukan berarti orang tua ga membantu kita, misalnya aja hari libur, orang tua ga ada atm, dan harus ke bank sedangkan bank tutup di hari libur. Ga mungkin kan kita ngerepotin orang tua kita yang udah tua buat ke sana ke mari nyari dan pinjem atm tetangga. Duuuhhh, sepele banged sih permasalahannya sebenarnya tapi sampe ngerepotin orang tua. Hellllooooooo, mau sampe kapan sih kita ngerepotin orang tua? Sekarang mah bukan waktunya lagi kita ngrepotin orang tua. Udah cukup deh sampe SMA terus sarjana, eh sekarang udah kerja dan udah lanjut sekolah S2 masih juga ngrepotin. Ga mau coba ngambil pintu surga dengan birrul walidain? waduh, kok aku jadi ceramah gini sih. Ya, intinya gitu, jadi saat ada teman yang ga ada uang buat bayar sesuatu yang urgent maka kita akan peka buat ngebantu dia, karena dulu kita pernah di posisi yang sama dengan dia. Karena dulu kita pernah di posisi dia, jadi kita bisa ngerasain gimana susahnya terus ada orang yang ngebantuin kita. Rasanya lega banget dan tertolong tiada tara. Oleh karena itu, kita peka buat membantu dan memahami kondisi orang lain.

2. Hidup merantau membentuk diri kita untuk menjadi pribadi yang pemberani
Well, kalau yang ini pasti tanpa perlu dijabarkan semua orang juga tau. Semua orang sebenarnya punya rasa takut di hati kecilnya, bahkan orang tang terlihat berani pasti punya rasa takut. Tapi, sekarang tinggal kitanya sendiri sih mau menanggapinya seperti apa. Mau terus menerus diliputi rasa takut atau melawan rasa takut? kalau aku lebih memilih melawan rasa takut dan keluar dari zona nyaman. It's me and i love challenge! Kasusnya sederhana banget. Aku tes UPI di bandung tanpa kenal siapapun, cuma modal nyari temen S1 dan nginep di rumah temennya temen S1 itu. Kita juga gatau bentuk bandara Bandung itu kayak gimana, takut dicopet? takut kesasar? Pasti! Modal utamanya, minta tolong sama Allah. Allah ga cuma di Aceh, Allah ada di Bandung, di Australia, di Eropa, di Mekkah.. dimana-mana ada Allah, jadi semayamkan aja dulu dalam hati, asal tujuan kita baik, Allah akan selalu menolong langkah dan perjalanan kita. Kitanya mah tinggal usaha, doa dan yakin aja. Nah, yakin akan ditolong Allah ini yang masih banyak orang belum kuat menanamkannya di hati sehingga menjadi takut. Setelah nyampe di bandara Bandung, aku naik taksi ama temenku, terus kita dibawa muter-muter sama si bapak supir taksi sampe argonya naik terus. Yah, aku pake google map juga dong, sampe aku marahin aja itu si supir. jangan takut sementang kita orang baru digituin. Ya, aku marahin dong, kalau emang niat ya pasti nganterinnya bener, ya kalau ga tau jalan, ya nanya dong, jangan muter-muter sok tau, argo makin naik. Pengen aku tabok juga itu supir! Sampe akhirnya si supir nanya ke orang di situ daerah gegerkalong girang yang mana. Aku bilang, nah kan bener yang saya bilang, ga percaya sih pak. Makanya pake google map. Bla bla aku ceramahin deh. Hahaha.. Biar ga gitu sama penumpang lain, sengaja banget biar argonya naik. Dia mah untung, gua mah rugi. Ya gitu deh pengalaman aku ke Bandung pertama kali. Pas balik lagi ke Bandung buat studi aku juga pergi sendiri, ga dianterin orang tua. Kalau dipikir-pikir ya sedih sih ga dianterin, tapi ya mau gimana kesian orang tua aku kalau beliau balik sendiri ke Acehnya, udah tua, lama jalannya, capek di jalan, apalagi transit di Medan itu jauh jalannya karena bandaranya luas banget. Daripada orang tua aku yang capek dan kesaar mendingan aku pergi sendiri aja. Semayamkan aja di hati, orang tua kita pasti selalu mendoakan tiap langkah perjalanan kita. Itu artinya orang tua selalu di samping kita. Then, kasus lain lagi.... Ada orang yang takut naik di Bandara yang ga pernah dia kunjungi sebelumnya. Sama, aku juga ga pernah tuh naik di Bandara Soetta yang terminal lain selain terminal Lion Air, yang di 2B dan 2F. Dulunya 2F itu Garuda Indonesia, tapi sekarang Sriwijaya Air. Nah, aku juga pertama kali ke situ. Tapi karena akunya pengen tiket hemat, juga suka tantangan baru dan tempat baru. Jadinya asik dan seru aja, jadi tau banyak hal. Coba deh aku cuma di situ-situ aja, duh kapan berkembangnya kayak katak dalam tempurung dan seseorang yang pengecut. Ga berani keluar dari zona nyaman. What the .... Padahal umur udah 25, apa gatau ya setelah ini bakalan banyak tantangan dalam hidup. Capek? Wow! Di luar sana orang cari uang dengan sangat capek loh hanya untuk 5000 rupiah saja. Wahhhh.. daebak, ini orang ga pernah hidup susah kali ya. inget deh ya, hidup ga selalu di atas akan ada saatnya di bawah. Kalau sekarang ga berlatih hidup prihatin, ga yakin deh kamu bakalan bisa hidup nantinyaaa. Aku doain deh kamu bisa siap. Kesian liatnya. Tapi ya terserah, hidup lu ya pilihan elu. Kalau gamau capek itu artinya elu harus punya banyak uang biar hidup lu enak terus. Iya mungkin sekarang hidup enak ga perlu kerja karena uang negara, tunggu aja entar setelahnya.

3. Hidup merantaau menjadikan diri kita saling menghargai orang lain
Saat merantau. kita akan bertemu banyak orang dan beragam karakter. Tentu dengan demikian kita akan belajar untuk saling paham kalau ga semua orang punya karakter yang sama dengan kita. Ga semua orang akan melakukan sesuai dengan yang kita inginkan. Rambut sih sama hitam, tapi isinya beda, vroh! Kamu mau maksain sama dengan yang kamu mau? Kamu sendiri yang ujungnya bakalan makan hati. Diri ga tenang, yah abisnya maksain diri agar orang lain sama dengan kamu. Ga akan mungkin kita bakalan nemuin orang yang sama banged dan persis kayak diri kita. Yang jelas, kita yang harus lebih fleksibel dalam bergaul dengan orang lain, saling menerima perbedaan dan menghargai. Bukannya malah langsung nyolot, protes dan kesel. Heran deh aku ngeliat orang-orang yang ga nerima perbedaan orang lain. Ada sih yang bilangnya gini, dia baik ya baik, tapi kurangnya ini dan itu. What the hell she is! Emang lu udah sempurna? Emang sesuci apa sih elu? Sampe berani bilangin orang kayak gitu. Ga perlu lu bilangin kurangnya gue juga udah tau, tapi gue ga mempermasalahakn kekurangan dia. Lama-lama aku gerah punya temen kayak gitu. kerjaannya protes dan nyari kekurangan orang lain. AKu tebak deh, di depan orang lain dia bakalan ngomongin kekurangan aku. I am totally sure but I don't care! Pantesan aja orang begitu ga ada temennya, gimana engga gtu? Saat dia hidup merantau kalau sifatnya itu dipertahankan terus dan ga berubah ya pasti ga ada temennya. Ya, karena dia ngerasa ga ada yang cocok sama dia, dia yang paling sempurna, paling keren, paling hebat, dan paling paling lainnya. Kalau gaes ketemu orang begini, pasti ini orang ga berani menerima kritikan, pas dikasih kritikan langsung deh dia menjauh dari kita. Cobain aja, aku yakin 100 persen deh! Hahahaha. Dia berani mengkritik orang tapi ga siap menerima kritikan orang lain terhadap dirinya. Aku kasian sih liatny, pengen ngebantu orang-orang begini. Tapi ya gimana, dianya ga membuka diri untuk menerima kritikan sih.

4. Hidup merantau akan mengajarkan kita hidup sederhana dan prihatin
This is so true! Hidup merantau akan merasa gimana kalau ga ada uang, gimana harus menghemat sampe uang dikirimkan lagi sama orang tua. Kita yang mungkin dulu hidup mewah perlahan akan berubah menjadi lebih sederhana. Well, ga semua orang siap berada di posisi sederhana. Karena mereka merasa akan rendah. Oh, WHAAATTTT??? Hidup sederhana bukan membuat kamu jadi rendah. Itu konsep yang salah menurutku. Buat apa sih malu karena cuma ga pake barang branded? Toh kamu juga punya tas yang harganya 50ribu dan 500ribu bedanya apa? Fungsinya masih sama kan? Yang ngebedain adalah PRIDE and PRESTIGE! Oh My Godness! Itu tinggal di elunya aja sih, mau beli tas ngeliat dari fungsi atau pride and prestigenya. Kalau aku sih lebih milih fungsi. Beli tas mahal cukup satu aja, kalau banyak banget buat apa, di luar sana masih banyak yang ga makan sedangkan aku ngebuang duit untuk beli tas mahal. Ahhhh, rasanya bersalah banget. Aku mesti belajar konsep give, give, and give.. Bisa aja take-nya entar pas udah hari yaumul hisab. Kita takut sama konsep give, give dan give, kita takut miskin. Itu sih masih yang belum bisa move on dalam hati, ya kan? Harus keluar dari zona itu! Hidup merantau juga mengajarkan aku buat ga pilih-pilih makanan. Makan aja apa yang ada asal halal. Mau ngrepotin orang tua buat ngirimin paket dari Aceh ke sini? Ya Allah, ngrepotin lagi orang tua. emang sih orang tua ga ngeluh, tapi kita harus peka dong. Ini masa tua mereka, saatnya kita yang give and give buat mereka. Mau sampe kapan ngerepotin orang tua? Wow, balik lagi, hidup elu ya pilihan elu, elu milih buat teru-terusan ngerepotin orang tua dan ga belajar mandiri atau elu takuut untuk mandiri dan ga siap untuk kondisi GA PUNYA APAPUN! Aku mencoba untuk ga takut apapun, mencoba untuk yakin kalau ALLAH akan selalu nolong aku dimanapun aku berada. Aku malah lebih takut saat Allah lupa sama aku dan ga melihat aku, saat Allah berhenti menegur aku saat aku berbuat kesalahan.

Ahh,,ini hanya sekelumit pengalaman merantauku. Ada banyak hal yang terjadi saat aku berada di perantauan. Bertemu banyak orang, ada banyak pengalaman hidup, aku juga bisa melihat teman-teman yang lulus seleksi alam. Hahaha.. Jelasnya, aku bersyukur banget sama Allah dipertemukan dengan orang-orang demikian sehingga aku bisa belajar banyak hal. Setidaknya aku bisa mencoba mencegah sifat-sifat orang yang gak baik menempel di hatiku. Smoga Allah jauhkan segala sifat buruk dari diri aku. Smoga orang-orang yang merantau lebih menghayati lagi ya perjalanan hidupnya sehingga bisa lebih banyak belajar. Ini juga reminder buat diri aku sendri tentunya. See you di postingan selanjutnya yaaaa

Sabtu, 03 Maret 2018

Bahasa Daerah: Mosaik Kebudayaan Bangsa yang Terkikis Zaman


“Utamakan Bahasa Indonesia, Pelihara Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Internasional”
-Anonim-

Makna tentang komunikasi dan penggunaannya semakin luas seiring berjalannya perkembangan zaman. Akan tetapi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring arti kata komunikasi adalah penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sejak jaman dahulu, nenek moyang sudah menggunakan komunikasi berupa bahasa dalam kesehariannya. Tentu saja cara berkomunikasi melalui bahasa yang digunakan di satu daerah dengan daerah lain berbeda namun mungkin makna yang dimaksudkan adalah sama.
Kenyataan yang tidak mengejutkan lagi bahwa seiring cepatnya perkembangan zaman, bahasa ibu atau sering dikenal dengan bahasa daerah yang ditinggalkan oleh nenek moyang secara turun-temurun sudah mulai terkikis perannya, tergerus penggunaannya dan kalah pamor dibandingkan dengan bahasa Inggirs yang dikenal sebagai bahasa antarbangsa. Memang benar, tidak ada salahnya menguasai bahasa asing, akan tetapi tetaplah memelihara bahasa daerah. Pada saat ini pembahasan mengenai bahasa daerah memang telah menjadi topik yang kurang menarik di kalangan pemuda-pemudi Indonesia terutama daerah perkotaan. Kaum muda jaman sekarang juga lebih senang menggunakan bahasa gaul dan mudah diingat. Contohnya, kata ‘mager’ alias malas bergerak lebih dikenal dibandingkan kata ‘kelesa’ yang artinya menurut KBBI daring juga sama yaitu malas bergerak. Ditambah lagi, kalau para orang tua yang berpikir bahwa bahasa daerah tidak ada faedahnya bagi kehidupan masa depan sehingga tidak akan bersedia mewariskan bahasa ibunya kepada anak-anaknya. Fenomena-fenomena tersebut harusnya menjadi perhatian penting di semua kalangan masyarakat Indonesia.
Pentingnya memberikan perhatian kepada bahasa daerah karena bahasa daerah merupakan sebuah identitas dari suatu bangsa. Jika bahasa daerah ini hilang maka artinya identitas bangsa juga akan hilang. Mengingat pentingnya bahasa ibu bagi kehidupan, salah satu lembaga PBB yaitu UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) menetapkan Hari Bahasa Ibu Sedunia pada tanggal 21 Februari 1991 di Paris. Selain itu, tanggal 21 Februari dipilih menjadi hari untuk mempromosikan keanekaragaman budaya dan bahasa dunia, mengingat peristiwa berdarah yang terjadi di Pakistan Timur pada tanggal 21 Februari 1952. Pada hari itu, empat orang mahasiswa Universitas Dhaka tewas diterjang peluru polisi setempat demi memperjuangkan diakuinya bahasa Bengali sebagai bahasa nasional. Perlu diketahui bahwa pada tahun 1948 pemerintah Pakistan menetapkan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional padahal bahasa Bengali—bahasa pujangga tersohor Rabindranath Tagore ini—memiliki jumlah penutur mayoritas. Peristiwa tersebut menunjukkan betapa besarnya memperjuangkan sebuah bahasa. Penetapan Hari Bahasa Ibu Sedunia diharapkan dapat berlangsung setiap tahun untuk memajukan keanekaragaman budaya dan bahasa dunia.
Bahasa daerah yang merupakan salah satu bagian dari mosaik kebudayaan dan kekayaan bangsa Indonesia harus dilindungi dan patut dilestarikan. Oleh karena itu, sangatlah penting mengetahui urgensi penggunaan bahasa daerah itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan pentingnya menjaga kelestarian bahasa daerah:
1.             Bahasa daerah adalah peninggalan budaya dari nenek moyang
Ada banyak peninggalan bersejarah yang ada di Indonesia. Contohnya, artefak yang sudah berumur ratusan tahun, batu tulis atau dokumen penting berisikan informasi jejak leluhur, dan juga budaya yang diturunkan secara turun-temurun. Adapun salah satu peninggalan budaya tersebut adalah bahasa daerah. Bahasa daerah ini tidak hanya menjadi alat komunikasi di jaman nenek moyang terdahulu namun juga sebagai media untuk memberikan pesan moral dan nasehat bagi masyarakat. Pesan moral dan nasehat dikemas melalui pepatah, pantun, puisi dan syair dalam bahasa daerah. Hal tersebut juga dilakukan agar menarik perhatian masyarakat terutama kalangan muda untuk peduli dalam melestarikan bahasa daerah. Contoh pepatah dalam bahasa Sunda adalah ‘ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek’ yang artinya kalau kita mau mengambil sesuatu itu, harus izin dulu dengan yang punya, ‘kudu silih asih, silih asah, jeung silih asuh’ yang artinya kita harus saling mengasihi, mengasah, dan juga saling mengasuh antar sesama manusia, dan ‘kalakuan keok memeh dipacok’ yang artinya jangan menyerah sebelum mencoba. Penggunaan bahasa daerah dalam menyampaikan pesan moral dapat diibaratkan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
2.             Bahasa daerah adalah penghubung antarkeluarga dan masyarakat
Bahasa daerah dapat menjadi penghubung antara keluarga dan juga masyarakat setempat. Contoh sederhananya, seseorang yang bepergian ke suatu daerah tertentu dan dapat menggunakan bahasa daerah di wilayah tersebut maka masyarakat sekitar biasanya akan lebih mudah menerima kedatangan orang baru sebagai bagian dari keluarga mereka. Penggunaan bahasa daerah akan menguatkan kekerabatan baik dalam keluarga atau masyarakat.

3.             Bahasa daerah dapat memperkaya khasanah kosakata bahasa Indonesia
Perlu diketahui bahwasanya bahasa daerah ternyata telah menyumbangkan kosakata bagi bahasa Indonesia. Contohnya, kata ‘nyeri’ memiliki arti ‘sakit karena adanya sebab tertentu’, berasal dari kata Sunda. Kata ‘mabal’ yang artinya ‘memakai jalan yang tidak biasa dan membolos sekolah’, berasal dari bahasa Sunda dengan arti yang sama. Ada pula beberapa kosakata dari beberapa daerah lain yang ada di Indonesia dan kemudian dimanfaatkan serta dapat diterima oleh masyarakat. Jika semakin kaya bahasa daerah maka akan semakin besar pula peluang bahasa Indonesia menjadi lebih berkembang.

Setelah mengetahui penjabaran alasan pentingnya melestarikan bahasa daerah, diharapkan semua lapisan masyarakat dapat turut mengambil perannya masing-masing. Hal sederhana yang dapat dilakukan dalam keluarga adalah menggunakan bahasa daerah di dalam percakapan sehari-hari dan mengajak anak untuk membaca buku cerita yang menggunakan bahasa daerah. Khususnya di dunia pendidikan sekolah, adanya penetapan mata pelajaran bahasa daerah di kelas dapat mengenalkan bahasa ibu/daerah sejak dini kepada anak-anak agar bahasa ini tidak punah, karena bahasa daerah adalah generasi penerus bangsa. Hayu utamikeun basa Indonesia, piara basa daerah, sareng ngawasa basa internasional!

Selasa, 06 Februari 2018

KEHILANGAN

Bandung, 06 February 2018

Hujan sore ini mengingatkan pada begitu banyak memori masa lalu. Dingin. Ya, terlalu dingin dan sendu jika diingat. Ada banyak memori indah namun dingin dan sendu jika diingat. Aku sangat ingin rasanya membekukan ingatan tentang memori itu. Ada banyak memori buruk namun menjadi pengalaman berharga dalam hidup seperti lentera penghangat dalam dinginnya hujan sore ini.

Aku tidak pernah menyesal pada masa lalu. Aku hanya kesal pada diriku yang masih membawa masa lalu pada kehidupanku yang sekarang. Memang memori buruk itu menjadi pelajaran berharga bagiku saat ini. Tapi, aku masih terlalu takut ia datang lagi. Menghantui kebahagiaanku saat ini. Aku terlalu posesif, agresif dan protektif. Jika boleh jujur, aku terlalu takut kebahagiaanku saat ini hilang. Aku ingin menjaga apa yang aku punya dan aku inginkan saat ini. 

Aku sadar, aku terlalu sederhana. Bahkan orang lain saja tidak pernah takut kehilanganku. 
Aku sadar, aku terlalu biasa dalam banyak hal. Bahkan orang lain sering mengomentariku, terutama penampilanku yang terlalu kaku, tidak kekinian, tidak memakai make-up kekinian, intinya ya tidak seperti wanita jaman sekarang pada umumnya.  Aku terlalu old-fashioned.
Aku sadar, aku terlalu kaku. Bahkan orang lain saja acapkali kesal dengan sikapku itu.
Aku sadar, aku terlalu khawatir pada hal-hal sepele. Bahkan aku pun sering diabaikan dan bahkan dianggap terlalu ikut campur pada suatu masalah.

Bahkan pernah ada sebuah istilah, wanita adalah bumi dan lelaki adalah langit. Bumi sudah selayaknya diinjak-injak. Bumi adalah sudah sepantasnya tunduk pada langit. Tapi pernahkah langit sadar bahwa bumi tempat hidupnya makhluk dan sumber makanan bagi kehidupan? Tapi pernahkah langit sadar bahwa air di bumi yang kemudian naik ke langit bahkan air itu pun ingin kembali turun ke bumi? Tapi pernahkah langit sadar bahkan matahari pun ingin menyinari bumi setiap hari? Tapi pernahkah langit sadar jika bumi bisa marah suatu waktu? Pesanku pada langit, Duhai Langit, jangan terlalu sombong dengan ketinggianmu karena tanpa matahari kau hanyalah langit tinggi yang diselimuti oleh kegelapan. Langit, jangan terlalu sombong dengan keluasanmu, bahkan air saja tak ingin berlama-lama di atas langit. air ingin segera jatuh turun ke bumi karena air merindukan bumi.

Aku sadar, aku masih begitu banyak kekurangan. Aku akan sangat berterima kasih dan menyayangi pada seseorang yang benar-benar menerimaku apa adanya. Tapi apakah mungkin ada? Apakah akan dikirimkan oleh Tuhan kepadaku seseorang yang benar-benar menerimaku apa adanya? Apakah akan ada seseorang yang akan benar-benar takut kehilanganku yang sangat sederhana ini? 

Ada banyak hal yang membuatku kehilangan rasa percaya diri. Bahkan hingga saat ini, aku begitu banyak kehilangan rasa percaya diri itu. Aku sangat sulit untuk bangkit. Aku sangat sulit harus tertawa dan tersenyum ketika aku ingin menangis. Aku sangat sulit saat harus mendengarkan padahal aku ingin didengarkan. Apakah aku egois? Apakah aku tidak boleh meluapkan perasaanku seperti rasa senang, sedih, dan marah? Akhh.. pasti orang akan mengatakan aku tidak stabil dan belum dewasa. Akhh.. aku juga manusia, punya perasaan yang harus diluapkan. Aku akan sangat berterima kasih pada orang-orang yang memahami kondisiku ini. Aku akan sangat berterima kasih pada orang yang sabar akan kondisiku ini. Tapi siapa? Apakah Tuhan akan mengirimkannya untukku? Apakah Tuhan akan mengirimkanku seseorang yang akan memahami perasaanku? Apakah Tuhan akan mengirimkanku pelipur laraku? Sampai saat ini, mengapa aku merasa belum dikirimkan? Apa aku kurang bersyukur? Ah.. aku baru menyadari seberapa besar pun aku berharap pada manusia pasti akan kecewa. Ternyata hanya pada Tuhan lah kita berharap. Hanya Tuhan yang selalu akan menerima hamba meski hamba tersebut terkadang lupa pada Sang Pencipta. Hanya Tuhan tempatku menyandarkan diri. Hanya Tuhan tempatku melabuhkan segala kerisauan dan resah hati ini.

Sabtu, 27 Januari 2018

Newbie Traveller 35 - Paris Van Java

Aku bukan anak mall karena aku adalah anak mama dan ayah. LoL
Di Bandung ada banyak Mall, kayak Cihampelas Walk atau sering disingkat jadi Ciwalk. Jadi tu di sini, nama mall nya rada panjang tapi disingkat-singkat gitu pas pengucapannya. Kayak itu tadi, terus Bandung Indah Plaza jadi BIP, Bandung Electronic Center jadi BEC, Paris Van Java jadi PVJ. Syukur dah namaku cuma satu kata, Diniya jadi ga bisa disingkat lagi wkwkwkw. Masih banyak lagi mall lainnya di Bandung kayak Paskal 23, trus mall yang di Pasteur itu apa yah, lupaaa.. Soalnya aku ga pernah ke sana.

Nah, mall di Bandung macem-macem, mulai dari kalangan bawah sampai yang high class. Yang masih bisa dijangkau sama anak kos yah Ciwalk, BIP, dan BEC. Suatu ketika aku pengen ke PVJ, biar ngeliat gimana sih kehidupan kaum kelas atas.


Tempatnya bagus-bagus dan makanannya juga banyak. Harga juga bikin kantong robek. Hahaha.
Kami pun memilih tempat makan yang paliiiiing murah. Lupa ini makannya dimana, Xiao Bao Dimsum atau apa ya.. Lupa, tapi enak banget dan puas. Itu pesen paketan tapi bisa makan bertiga. Kenyang banget, 105ribuan apa ya, 30ribuan deh jadi budget satu orangnya.


Ada nasi goreng mentega, jamur crispy, fish fillet ama ayam 3 potong. Minumnya as usual, iced tea.



Setelah ini, anak kos makan telor aja di rumah ama pop mie. Hahaha..

Di PVJ ini tepatnya sih untuk beli-beli barang branded gitu, mulai dari Guess, Victoria Secret, Charles and Keith, trus Giordani, apalagi yaa.. Banyak deh, ada SOGO juga. Di situ semua kosmetik branded ada, SK II, Laneige, YSL, trus apalagi ya, banyak dah pokoknya. Eh innisfree juga ada di sini loh. tapi sayangnya aku kurang cocok pake innisfree. Recommended buat yang lagi nyari isi seserahan.

Newbie Traveller 34 - Tangkuban Perahu, Bandung

Ini blog udah banyak sarang laba-laba sepertinya ya. Hahaha.
Entah kenapa di Minggu pagi yang sendu nan syahdu akibat cuaca mendung daripada males-malesan di tempat tidur akhirnya bangun, buka laptop dan buka blog. Ahay! Lama nian tidak cuap-cuap di sini yahhh..

Hari ini pengen nulis pengalaman jalan-jalan ke Tangkuban Perahu ama si doi dan keluarga. Eheem.
Kali ini adalah kali pertama aku jumpa sama calon besan. Uhuk! Uhuk! #makinparah
Jadilah aku berpenampilan serapi mungkin. Pesan dari mama dan ayah ketika bertemu calon besan adalah berpenampilan sebaik mungkin dan berikan kesan yang baik pula. Aku memilih memakai pakaian bernuansa pink. Biar keliatan cewe banget. Hahaha. #pencitraancuy
Aku dijemput sama si doi, udah tau kan ya siapa? *tersipumalu. Kami pun sarapan bareng. Alhamdulillah ya, first impression-nya baik. Kami memilih untuk mengenal lebih dekat sambil jalan-jalan ke Tangkuban Perahu. Nah, perjalanan dari kosan aku ke Tangkuban Perahu itu sekitar 40 menit. Kala itu, kami perginya sekitar jam 8 pagi, supaya ga macet, udara masih seger dan pasti di lokasi tujuannya belum rame banget yang dateng. Eh, ternyata bener. Asyiiikk.. Si doi keren banget ah nyetirnya, bentar aja udah nyampe. Tiket masuk untuk ber-4 dan udah biaya parkir mobil 125ribu. Jadi perkiraannya, sekitar 25 ribu untuk tiket masuk per orang dan fee parkirnya 25ribu. Tapi itu untuk weekdays ya, weekend pasti bakalan lebih mehong alias mahal.

Inilah penampakanku dengan nuansa pink, di depan pintu masuk Tangkuban Perahu.


Untuk masuk ke dalemnya lagi, lumayan jauh loh. Bagi yang mau nyoba jalan kaki, sekalian olahraga dan nanjak jalanannya.Yeaaayy!!! Alhamdulillah nyampe. Wajib nih foto di tugu singa ini. Ga ngerti sih kenapa ada tugu singa di situ dan kaitannya dengan Tangkuban Perahu. Hmmm, aku mesti banyak baca sejarah dari Tangkuban Perahu deh. 


Pertama nyampe di sini, ada bau yang sangat menyengat. Ada yang tau bau apakah itu? Tenang, bukan bau eek sapi kok. Hahaha. Tapi ini adalah bau belerang dari Gunung Tangkuban Perahu. Jadi saran aku, kalian bawa masker deh. Beneran nyengat banget.

Gunung Tangkuban Perahu

Ini dia belerangnya yang bikin nyengat

Nah, ini ada juga foto bareng sama calon besan dibantuin sama Aa yang jualan kalung dan gelang di seputaran situ.




Pemandangan di sekitar Tangkuban Perahu juga nih. Asri banget daahh..

Banyak banget yang jualan di sekitaran situ. Jualan ya macem-macem lah, ada tas rajut, barang-barang hias dari kayu, sandal, makanan yaahh beragam lah. Pinter-pinter milih sih menurut aku. Ada yang mahal dan ada yang murah. Kayak aku nih, dibeliin tas rajut sama ibu calon besan. Harga awalnya 50ribu, tawar menawar dapatlah 35ribu. Eh rupanya di toko depan memang harga belum tawar 35ribu. Apalagi nawar mungkin bisa dapet 30ribuan ya. Sarannya aku, masuk aja ke semua toko, entar di tempat yang paling murah baru deh beli. Ekonomis banget yak, maklum anak kos.

Tenang aja, di sini ada tempat makan juga. Asri banget tempatnya. Tapi kami ga makan di sini karena masih pagi banget tadinya juga baru sarapan. Ditambah lagi, si ibuk pengen sate kelinci. Unch unch.

                                       Nyelip satu yah foto ama si doi yang berkulit eksotis

Ini nih, lokasi di belakang kami tempat makannya kalau temen-temen mau makan bisa di situ, nyaman banget tempatnya. Jam 10an, udah crowded banget. Akhirnya kami pun pulang dan menuju pasar baru. Jalan-jalan lagiii kuuyyy..







Newbie Traveller 33 - Pengalaman Naik KAI Kelas Eksekutif

Bandung, 6 November 2017

Halo, para pembaca. Sudah lama sepertinya aku ga nulis blog. Hehe. Kali ini pengen nge-share tentang apa ya? Hmm, mungkin mau sedikit share tentang perjalanan dari Stasiun Bandung ke Stasiun Gambir, Jakarta pusat. Di bandungnya aku tinggal di seputaran kampus UPI, tepatnya di Jalan Gegerkalong Girang, depan SD Isola Gegerkalong Girang. Perjalanan dari kosan menuju Stasiun Bandung, aku naik grab dan pastinya ditambah dengan kode promo, 5ribu. Jadinya ongkos ke stasiun Cuma 10ribuan. Aku berangkat jam 4 subuh karena keretanya berangkat jam 5.00 wib dini hari. Idealnya sih memang berangkat jam 4 supaya waktu mau ke counter check in ga rame yang ngantri. Mungkin para pembaca udah tau kali ya kalau di daerah Bandung suka rada rawan sama yang namany aojek online. Tapi mah kalau subuh kayaknya gak masalah soalnya para ojek konvensional masih pada bobok syantik. Wkwkwk. Meski si aa ojek online merasa takut, maka aku sebagai pelanggan menenangkan si aa. Wkwkwkwk.

Pukul 04. 20 wib, aku tiba di Stasiun Bandung, di drop di pintu utara stasiun. Bagusnya sih gitu, soalny kamu bakalan langsung masuk tepat ke pintu counter check in. Pintu masuk utara itu yang ada tulisan “STASIUN BANDUNG”. Begitu nyampe aku langsung check in. Gampang banget kok check in, kamu cukup memasukkan kode pesanan kamu. Entar langsung dicetak. Sayangnya, aku lupa fotoin tempat check in itu, soriiii. Then, aku langsung menuju ke bagian departure, enaknya nunggu di dalem aja sih. Tenang aja, kalau kamu pengen ke toilet, di dalem juga ada toilet. Waktu itu, toiletnya uuuu,, bauuuuu banget. Ga tahan deh, hampir pingsan akunya, maklum aja deh, namany juga toilet umum bukan toilet pribadi.

Para pembaca harus inget kalau naik kereta itu, kamu harus on time. Kereta mah, jam 5 ya jam 5 berangkatnya. Pesan aku, kamu jangan segan buat nanya ke petugasnya kalau kereta kamu bakalan berhenti di jalur berapa. Ya, biar ga muter-muter. Kebetulan kemarin aku di jalur 4, gerbong eksekutif. Kebetulan tiketnya lagi murah, 70ribuan dapet eksekutif. Lumayan banget kan ya? Nama kereta apinya yang dari Bandung - Jakarta itu Argo Parahyangan. Aku pesen via traveloka yang dapet diskonan gitu, 25ribu rupiah, lumayan banget. Biasanya ekonomi aja 70ribu, kali ini 70ribu bisa naik eksekutif. Seneng sih, soalnya kali pertama naik kereta api eksekutif sih. Hahahah #norakmodeon

Inilah penampakan gerbong kelas eksekutif. Awalnya aku excited banget gimanaaa gitu, tapi kok begitu masuk, duuhh baunyaa kayak bau di bis. Out of expectation. Stay positive, kali aja belom disemprotin parfum ruangan. Wkwkwkwk.


Di gerbong eksekutif ini dapet bantal dan plastik sampah. 


Tempat duduknya juga cukup luas buat selonjoran. Tapi sayangnya waktu itu tempat letak kakinya udah agak rusak dan ga bisa diatur posisinya. Jadi kurang nyaman deh. Mungkin kebetulan aja kali ya dapet yang begini, soalnya kursi yang di sebelahku aman-aman aja.



Perjalanan kemana pun nugas pasti tetep. hahaha..


Aku itu suka agak sensitif kalau udah nyium asap rokok dan debu. Gatau deh, kali itu kelas eksekutifnya kayak bau dan berdebu. Ga nyaman aja. Malah rasa kayak naik bis. Mungkin aku aja ya yang kayak gini, yang lain mungkin engga. Makanya aku mesti pake masker.


Perjalanan menghabiskan waktu selama 3 jam 15 menit. Kyaaa,, akhirnya nyampe deh di Stasiun Gambir.


Kamu tinggal milih mau keluar dari pintu selatan atau utara. Tergantung dengan destinasi kamu selanjutnya di Jakarta. Kemarin aku mau ke Senayan City Mall, jadinya aku keluar dari pintu utara. Tugu Monumen Nasional atau lebih sering dikenal dengan Monas tepat berada di sebelahnya stasiun Gambir loh. Jadi aksesnya deket banget. Kamu bisa jalan kaki doang. Dari stasiun Gambir juga deket banget kok ke Jakarta Kota, Kota Tua dan Pasar Murah Asemka. 

Well, aku ke Senayan City cuma buat cuci mata doang. Jepret bentar sebelum debenhamsnya tutup. Isu-isunya sih mau tutup. Gak tau sih kenapa. Dari Stasiun Gambir ke Senayan City lumayan jauh sih, sekitar 20-30 menitan kalau naik grab bike atau go jek. Waktu itu aku pake grab hitch alias grab nebeng dan pake promo pula, jadinya cuma kena charge 7ribu rupiah saja. Kadang kesian sih ama drivernya udah jauh malah dibayar murah, tapi gimaanaa,, pasti customer nyari yang muraah T_T

Jepret dulu yak :) 

Pulangnya aku naik KAI Argo Parahyangan via Gambir-Stasiun Bandung, naik yang kelas ekonomi, harganya 70ribu dan lebih nyaman meski duduknya mepet-mepet kayak ikan sarden gitu. Tapi ga ada aroma yang bikin puyeengg. Aku sempet jepret beberapa view yang menurut aku bagus banget. Tapi aku gatau locationnya dimana karena jaringan internetnya Edge yang pasti leleeet banget kalau di on kan locationnyaaa. Tapi kalau ga salah ini udah mau deket Bandung gitu, mau deket arah Cimahi apa yaaa.. Jadi anggap saja lah di suatu tempat yang indah.