RSS

Sabtu, 09 Desember 2017

MURAQABATULLAH


MURAQABATULLAH
è Puncak dari ibadah.
Adapun muraqabatullah adalah upaya diri untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah swt.
Seseorang yang muraqabatullah akan selalu aktif dalam mengontrol dirinya karena ia merasa sadar bahwa Allah swt selalu mengawasi dirinya. Hal ini sesuai dengan yang disebut Allah dalam Alquran:
“…Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. [57]; 4
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya”. (Qs. [50]; 16)
“Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuiinya Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang didaratan dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetauinya (pula), dan tidak jatuh sebutir pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Qs. [6]; 59)
“…. sesungguhnya sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau langit atau didalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan (membalasinya) sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (Qs. [31]; 16)
“Jangan engkau mengatakan engkau sendiri, sesungguhnya Allah bersamamu. Dan janganlah pula mengatakan tidak ada yang mengetahui isi hatimu, sesungguhnya Allah mengetahui. (HR.Ahmad).
Muraqabah akan melahirkan ma’iyatullah (kesertaan Allah) dalam diri, contohnya; Ketika A.Bakar cemas musuh akan mengetahui keberadaan Nabi saw dan menangkapnya. Rasulullah SAW mengatakan;”Sesungguhnya Allah bersama kita.”(TQS. [9]; 40)

Atau pada waktu Nabi Musa menghadapi Fir’aun dan ketika Nabi Ibrahim diseret dan dibakar, beliau yakin akan kesertaan Allah bersamanya. Apabila Allah memberikan musibah maka itu adalah teguran dari Allah swt kepada kita agar kita senantiasa selalu dekat dengan-Nya. Tidak perlu khawatir karena Allah Maha Melihat atas semua perbuatan yang kita lakukan.


Pentingnya muraqabatullah antara lain:
1.             Standar/Mizan
è Upaya akan keberhasilan menuju Allah swt.
Beribadahlah seolah-olah kita melihat Allah. Yakinlah bahwa Allah selalu menuju kita.

2.             Hati yang hidup
è Sempurnakanlah ibadah dengan mengingat Allah. Perbanyak dzikrullah seperti yang diperintah oleh Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 235, Q.S Al-Ahzab ayat 51, 52, dan 54.
Tidak ada yang disembunyikan oleh Allah, marilah kita senantiasa selalu memperbaiki niat. Allah selalu dekat dengan kita asalkan kita berserah diri kepada Allah. Firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 186, bahwa Jika ada yang bertanya kepada (Muhammad) maka katakan kepada mereka bahwa Allah itu dekat.
Seorang manusia akan diuji dengan dua cara yakni diberi musibah dan diberi nikmat. Hal ini terjadi agar kita senantias menyadari bahwa Allah mengawasi kita mungkin melalui musibah dan kenikmatan. Sehingga kita juga selalu senantiasa mendekatkan diri kepada Allah karena semua yang terjadi di dunia ini memiliki aturan yang sudah ditentukan oleh Allah,

Urgensi Muraqabah
Bila setiap muslim senantiasa memuraqabahi dirinya dan menghadirkan muraqabatullah dalam dirinya maka ia akan takut maksiyat dan:akan terwujud masyarakat yang aman karena semua memiliki kesadaran bahwa tingkah lakunya diawasi oleh Allah. Seseorang yang senantiasa memperhitungkan tindak tanduknya dengan perspektif ukhrawi maka akan terhindar dari penyakit wahn, keserakahan, kedzaliman, penindasan dan kemungkaran. Serta akan berusaha menanam kebajikan sebanyak mungkin. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengibaratkan bahwa “dunia sebagai ladang tempat menanam, bibitnya adalah keimanan dan ketaatan adalah air dan pupuknya, dan Akhirat tempat memetik hasilnya.”
‘Baldatun thayyibatun warabbun ghafur’ bukan hanya slogan. Bila muslimnya mampu menjadi “ustadziatul ‘alam” dan khalifatullah fil Ardhi maka dunia akan terbebas dari bencana, kerusakan & kemurkaan Allah. Lihat (QS. [2]; 10-11, dan Qs. [30]:41)



Adapun jalan menuju muraqabatullah antara lain:
1.      Memperbanyak dzikir
è Memperbanyak dzikir dilakukan agar senantiasa dekat dengan kita, memudahkan urusan kita dan akan diampuni dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
2.      Berkumpul dengan orang saleh dan berilmu
è Berkumpul dengan orang saleh dan berilmu agar senantiasa ada yang mengingatkan kita agar selalu dekat dan perbanyak ibadah kepada Allah swt.
3.      Perbanyak istighfar dan bertaubat
4.      Menanamkan sifat benci akan melakukan maksiat

Tahapan-Tahapannya
Adapun 6 langkah untuk Muhasabah dan Muraqabah, yaitu;
1.      Mu’ahadah adalah Mengingat dan mengokohkan kembali kembali perjanjian kita dengan Allah SWT dialam ruh. Firman Allah SWT: “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), ‘bukankan Aku ini Tuhanmu?’ mereka menjawab, ‘betul Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakn: ‘sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini( keesaan Tuhan)’ “. (QS.[7];172)
2.      Muraqabah adalah upaya menghadirkan kesadaran adanya pengawasan Allah SWT. Bermu’ahadahàbermuraqabahà sadar ada yang memuraqabahi diri kita apakah melanggar janji dan kesaksian atau tidak.
3.      Muhasabah adalah usaha untuk menilai, menghitung, mengkalkulasi amal shaleh yang kita lakukan dan kesalahan-kesalahan yang kita kerjakan.
4.      Mu’aqabah adalah menghukum/menjatuhi sanksi atas diri sendiri, sebagaiman perkataan Umar r.a yang sangat terkenal : “Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab”
5.      Mujahadah adalah bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah kepada Allah, menjauhi larangannya dan melaksanakan perintahnya.
6.      Mutaba’ah adalah memonitoring, mengontrol, dan mengevaluasi sejauh mana tahapan-tahapan itu berjalan dengan baik.

Hasil Muraqabah dan Muhasabah
1. Seseorang yang sering memuraqabah dan bermuhasabah dirinya akan mengetahui aib, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dirinya sehingga akan berusaha untuk meminimalisir/menghilangkannya.
2. Istiqamah diatas syariat Allah, yaitu sadar akan konsekwensi keimanan dan pertanggung jawaban di akhirat kelak maka cobaan apapun tidak membuatnya berpaling.
3. Insya Allah akan aman dari berat dan sulitnya penghisaban di hari kiamat nanti, Firman Allah SWT (QS. [3]; 30)“(Ingatlah) p[ada hari (ketika) setiapa jiwa endapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Ddan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya “.
Dengan demikian, kini saatnya kita berupaya untuk selalu menghadirkan muraqabah terhadap diri sendiri dan mengevaluasi diri dengan bermuhasabah apakah yang kita kerjakan sudah sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah SWT atau masih banyak mengikuti hawa nafsu untuk memuaskan keinginan dunia saja. Muraqabatullah adalah salah satu cara agar dapat menggapai ihsan. Ihsan adalah puncak tertinggi setelah Islam dan Iman.
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)

Melalui muraqabah maka kita akan selalu memiliki orientasi bahwa ke depan harus lebih baik dan selalu istiqomah mengikuti apa yang telah diajarkan Rosulullah SAW.




Selasa, 05 Desember 2017

Review Produk Innisfree - Hydrating dan Suncream

Halooo..

Hari ini aku mau review produk kecantikan wajah dari negeri ginseng, Korea. Udh banyak produk kecantikan dari korea yang udah booming di Indonesia seperti Etude, Laneige, SK-II dan lain-lain. Tapi yang baru-baru ini ngehits adalah Nature Republic dan Innisfree.

Kali ini mau mereview terkait produk innisfree yang beberapa minggu lalu sempat aku beli di Senayan City Mall yang lokasinya di Jakarta atau sering dikenal dengan Sency. Well, yang harus ladies tau, harga Innisfree di gerai resmi manapun harganya tetep sama aja. Meski kamu ke Sency atau ke PVJ Bandung tetep aja hargamya sama. Mengenai harga kamu juga bisa cek di website resminya Innisfree juga kok, harga di web dan di gerai resminya sama aja. Jadi kalau mau hunting bisa via web aja dulu. Bahkan di web nya juga ada saran pemakaiannya kok baik untuk kulit kering, berminyak dan normal. Kalau menurut pengalamanku, pegawai Innisfree yang di Bandung kurang ramah dan kurang tau mengenai produk Innisfree. Beda banget sama pegawai yang di Sency, ramah dan mereka tau produk yang cocok untuk jenis kulit kita. Nyaman banget belanja di Sency. Jadinya kita ga bingung mau beli produk apa.

Karena kulitku rada kering di bagian dahi dan hidung aku beli hydrating product.

Rp 370.000,-

Produk ini baik dipakai setelah mencuci wjaah dengan facial foam. Gunakan ini sebelum mrmakai produk lainnya. Bisa dibilang, ini kayak base untuk kulit kita biar ga kering. Jenis kulitku normal dan agak kering di bagian dahi dan hidung. Jadi aku pakenya di bagian kering aja. Pengalamanku pernah pakai di seluruh wajah terus ditambah dengan pemakaian bedak di lapisan terluar jadinya wajahku kusam deh. Huft.
Jam pemakaiannya juga aku ganti jadi malem aja. Gak aku pakai di siang hari.

Produk selanjutnya adalah suncream.
Rp 120.000,-

Suncream ini dengan SPF 35, ada beberapa suncream lain dengan SPF 50. Karena aku ga berani pake yg SPF tinggi, jadinya ku nyobain yg SPF rendah dlu. Cara pemakaiannya, karena kulitku rada beda dengan orang lain, setelah cuci muka, aku langsung pake suncream ini, aku tunggu kering baru ditimpa dengan bedak. Fyi, aku pakai bedaknya dengan brush bukan dengan spons supaya pori-pori kulit wajahku ga ketutup.
Aku ga bisa pakai hydrating dan kemudian pakai suncream. Aku harus milih salah satu mau pakai hydrating atau suncream. Aku biasanya pakai hydrating di waktu malam sebelum tidur. Aku pakai suncream untuk siang hari. Untuk jenis kulit berminyak aku ga menyarankan pakai hydrating karena bakalan ngebuat kulit kamu makin berminyak.

Cukup dulu yaaa.. Ntar aku posting lagi produk lainnya seperti masker, serum dan pelembab. Byeee..



Minggu, 26 November 2017

Nasehat untuk Para Suami dan Istri

Bandung, 26 November 2017

Tulisan ini terinspirasi dari beberapa berita panas keadaan rumah tangga para artis yang dihiasi oleh berbagai macam problematika, seperti perselingkuhan, poligami dan wanita pelakor alias perebut laki orang. Miris. Di satu sisi, kita sebagai penonton bisa mengambil hikmahnya dan memperbaiki diri menjadi seseorang yang lebih baik dan beriman kuat selama berumah tangga. Tapi di sisi lain, jika hal ini semakin sering terjadi dan tidak ditanggapi secara serius maka perselingkuhan, merebut suami/istri orang lain dengan cara membujuk rayu, berzina dengan suami/istri orang lain atau bahkan membuat suatu hubungan rumah tangga hancur hingga berujung perceraian akan menjadi suatu hal yang biasa saja dalam kehidupan ini. Sungguh sangat miris. Iblis akan tertawa melihat suami istri yang bercerai. Jadi, orang yang senang dan tertawa saat membuat rumah tangga orang lain hancur, mungkin tidak jauh beda dengan iblis ya? *Ups!

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau” (HR Muslim IV/2167 no 2813)

Saudaraku,
Tentu saja, setelah menikah pasti akan banyak godaan syaithan yang wara-wiri di kehidupan kita. Kenapa? Fenomena pertama, karena semua aktivitas yang baik dan positif dalam rumah tangga akan menjadi pahala yang berlipat ganda. Sudah barang tentu, syaithan dan iblis tidak akan senang melihat manusia dalam kebaikan dan berada dalam jalur yang benar. Allah swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk” (Az zukhruf 36-37)

Fenomena kedua, Iblis dan syaithan juga akan semakin rajin dan giat untuk membisikkan kepada laki-laki bahwa wanita lain jauh lebih cantik, indah, menawan, anggun, dan sebagainya. Pesan Rasulullah saw kepada para suami, jika sekali waktu tanpa sengaja ia bertemu dengan wanita yang menarik hatinya dan memancing syahwatnya, ia segera pulang untuk menemui istrinya sebagaimana sabda Nabi:
 “Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.”(HR. Tirmidzi)
Fenomena ketiga, akibat fenomena kedua maka akan terjadilah perselingkuhan dan perzinahan antara laki-laki/wanita yang sudah menikah. Bukankah Allah swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nuur : 2)
Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang (diasingkan) satu tahun dan pukulan seratus kali.” (HR. Bukhori)
Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku berzina,”Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu menjawab,’Ya’. Kemudian Nabi bersabda lagi,’Bawalah orang ini dan rajamlah.” (HR Bukhori Muslim)

Ada suatu kisah yang di dalam menceritakan nasihat seorang Syeikh kepada seorang suami, bahwa jika kamu serakah maka anjing pun terlihat lebih cantik dan kamu ingin menikahinya. Astaghfirullah!
(Bisa baca kisah seorang suami yang mendatangi seorang Syeikh dan menceritakan keresahannya, http://www.momentumpedia.com/2015/09/Menundukkan.Pandangan.html )
Saudaraku,
Adapun cara agar rumah tangga kita selalu harmonis dapat ditempuh dengan beberapa cara:
1.   Bersyukurlah atas pasangan yaitu istri/suami yang diberikan Allah swt kepadamu. Bukankah kita tau jika kita bersyukur maka nikmat Allah akan terus bertambah (QS. Ibrahiim: ayat 7). Terimalah pasanganmu sepaket dengan kekurangannya. Namun jangan terus fokus akan kekurangan yang dimiliki oleh pasanganmu. Jangan mencari-cari kekurangan pasanganmu karena sudah pasti kamu tidak akan pernah bersyukur.
2.     Senantiasa kita berdoa kepada Allah swt agar dijauhkan dari bisikan iblis dan syaithan untuk tidak melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah swt dalam berumah tangga.
3.    Senantiasa pula kita selalu mengingat dosa dan hukuman Allah jika kita melakukan perselingkuhan, perzinahan ketika sudah berumah tangga dan perceraian. Semoga dengan demikian kita dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.  
4.    Keserakahan akan terus menghantui jika iman yang kita miliki tidak terus diupgrade, maka perlu sekali mencari lingkungan yang positif, berkumpul dengan orang saleh, dan saling mengingatkan agar selalu dalam kesyukuran atas apa yang telah dimiliki. Teruslah memperbaiki diri, menambah ilmu agama, meningkatkan keimanan kepada Allah swt, nicaya perselingkuhan, perzinahan dengan suami/istri orang lain, dan perceraian akan dijauhkan oleh Allah swt.
5.   Kurangi egomu. Jangan sampai ego menguasai dirimu. Jika suami dan istri melakukan kesalahan maka segeralah keduanya meminta maaf dan saling memaafkan. Jangan ikuti egomu, atau merasa gengsi dan malu. Jika ego menghantui kita, maka permasalahan yang seharusnya dapat diselesaikan malah akan menjadi besar. Bukankah saling memaafkan lebih baik?
6.   Saling memahami dan pengertian. Suami dan istri adalah dua orang yang berbeda, maka kita harus saling memahami dan mengerti akan kondisi pasangan kita. Berusaha untuk menjadi yang terbaik bagi pasangan kita adalah sesuatu hal yang sangat luar biasa. Jangan hanya ingin dimengerti tapi berusalah untuk mengerti pasangan kita. Mengerti apa yang yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh pasangan kita.
7.      Saling memberikan pujian dan hadiah. Boleh lah sekali-kali suami dan istri saling memberikan pujian dan hadiah agar pasangannya senang dan menambah kasih sayang. Bukan gombal atau matre, akan tetapi Rasulullah juga melakukannya pada istri beliau.

Dari ‘Aisyah, ia berkata,
Orang-orang Habasyah (Ethiopia) pernah masuk ke dalam masjid untuk bermain, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilku, “Wahai Humaira (artinya: yang pipinya kemerah-merahan), apakah engkau ingin melihat mereka?” (HR. An Nasai dalam Al Kubro 5: 307).

Lihatlah bagaimana panggilan sayang tetap melekat pada suri tauladan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi bukan kata-kata jelek atau merendahkan yang keluar dari mulut seorang suami. Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah” (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Bisa baca lebih lanjut kemesraan Rasulullah saw dengan istri beliau (http://www.kabarmuslimah.com/tauladan-cinta-rasulullah-kepada-istri/)



Semoga Allah selalu menghimpun kebaikan-kebaikan dan menjaga rumah tangga kita hingga menuju jannah-Nya.

Rabu, 15 November 2017

Kebutuhan atau Bukan?

Hellow, udah berapa minggu ya ga nulis d blog. Hmmm.. kali ini mau nulis apa ya? Oh, ini deh. 

Kemarin ada pelajaran berharga buat aku saat aku bilang "I know, how to manage." Trus si lawan bicara aku bilang, "Buktinya baru-baru ini kamu balik Aceh cuma gara-gara sakit doang", "Baru-baru ini kamu juga beli hape baru". Astaghfirullah! Duuuh, nyesss banget ke dalam hati. Tersingggung? Engga sih, kan dia ngomongnya di depan aku bukan ngomongin aku di belakang. Marah? Ya engga, dia udah jujur kan mau bilang apa yang ada di hatinya. Tapi yang bikin gimana gitu ya statementnya dia itu. Posisinya dia itu, dia ga tau apa ya kalau aku sakit tipes yang bakteri Typhi-nya itu udah parah banget, ada 3 jenis Typhi yang ada di tubuh aku yang sedang 'memakan' imunitas tubuh. Mau jalan aja lemes, mau ngerjain tugas kepala pusing luar biasa. Ini ya, ada malahan temenku yang sama tingkat satu jenis Typhi, dia aja udah sampe pingsan. Konon lagi aku yang tiga jenis. Hmm.. Kebayang ga sih? Malahan ada salah seorang temenku yang sekelas bilang gini, "Kok kamu bisa sekuat itu sih mbak nahan sakit? Pasti sakit banget kan?" Aku cuma nyengir aja.  Jadi ya sebenernya aku ga pengen pulang Aceh, pasti tiket mahal banget. Tapi ya sama aja sih biaya RS di Bandung kan mahal banget, belum lagi ga ada yang bakal nemenin di RS. Temen? Pastilah mereka sibuk dan aku tipe orang yang ga suka ngerepotin orang lain. Ga enak aja rasanya. Jadi yaudah, balik ke Aceh aja biar bisa ngilangin homesick dan ketemu ortu.

Terus masalah beli hape baru, aku ngerasa yang ngomong kayaknya kurang paham deh sama yang namanya boros dan memenuhi kebutuhan. Aku beli hape baru juga udah beberapa bulan mikir buat "Beli ga ya? Perlu ga ya? Mahal ga ya?" Ah, udah lah beli aja kali ya, toh nanti perlu banget untuk penelitian tesis, foto-foto pas wisuda, dan lainnya. Trus ya mikirnya sekarang lagi ada, mungkin ke depan ada kebutuhan lain sampe ga kebeli. Menurut aku juga, sekarang hape itu udah jadi kebutuhan primer sih bukan lagi sekunder. Kalau aku emang boros, ga bisa memanajemen uang dengan baik dan bahkan lebih mementingkan gaya hidup. Kenapa aku ga beli iphone 8 atau bahkan iphone X? Toh di tabunganku cukup kok buat beli 3 iphone itu. Tapi, kenyataannya aku cuma beli hape yang biasa aja, asal udah bisa foto bagus, mudah dibawa kemana-mana dan murah lagi. Iya, karena aku beli sesuai kebutuhan bukan boros. Trus kalau aku emang boros, situ siapa? Yang ngasi makan aku juga bukan, yang ngasi duit jajan ke aku juga bukan. Heran aja sih. Kecuali ya situ yang ngasi makan aku, situ yang ngasi uang jajan aku, situ yang negbiayain hidupnya aku. Lah ini kagak. Ckckckck. *sambil geleng-geleng kepala.

Heran aja ya, orang jaman now. Cepat banget judging (read: jadi pelajaran untuk aku juga). Bisa jadi menurut kita itu bukan kebutuhan tapi bagi orang lain itu kebutuhan. Kenapa sih kita ngerasa seseorang itu boros atau ga bisa memanajemen keuangan? Ya karena kita udah punya benda itu, sedangkan mungkin orang lain belum punya. Sehingga dia membeli. Wajar dong, apalagi kalau itu kebutuhan primer kayak kasus hape tadi. Orang yang udah punya hape bagus akan ngerasa kalau aku itu boros dengan membeli hape, wajar dong aku beli itu kebutuhanku loh. Kamu ya ga jadi kebutuhan lagi karena kamu udah punya hape bagus kan? Mestinya kita bisa bilang orang lain ga bisa memanajemen keuangan melalui gaya hidupnya. Menurut aku, orang yang beli sesuai kebutuhan, dia akan beli sesuatu yang seadanya namun layak meski ia sebenarnya bisa membeli yang lebih mahal dari itu. Itulah yang dikatakan dia bisa memanajemen keuangan (versi aku sih). Trus contoh lainnya, "Ihhh.. beli jam mahal banget sih." Sekarang gini deh, mendingan kamu beli jam 500ribu tapi bisa dipake 6 tahun ga ganti baterai, ketimbang beli jam di emperan pasar baru, 35ribuan, belum 2 jam pemakaian eh udah ga gerak lagi jam itu, trus besok beli lagi yang lebih malah dikit 100ribu, 3 bulan pake udah berkarat dan mengelupas tali jamnya, besok beli lagi, bisa-bisa setahun 6x ganti jam udah 600ribu. Ya kenapa ga beli mahal sekalian? 600ribu bisa untuk 6 tahun loh. Nah loh? Gimana? Kamu masih bilang orang yang beli jam mahal itu orang yang ga bisa memanajemen keuangan? Engga kan? Justru dia yang beli jam mahal lebih hemat dan lebih pinter memanajemen. Baru bisa bilang dia boros atau ga bisa memanajemen ya kalau dia udah ngebeli 1 jam yang harganya mahal padahal bisa awet bertahun-tahun , tapi dia ngebeli lagi yang mahal, besok beli lagi. Lah itu yang dikatakan boros.

Jadi sebenernya, membeli sesuai kebutuhan bukanlah berarti seseorang tidak bisa menajemen keuangan dengan baik ataupun boros. Ga perlu ngedengerin orang komentar apa ke kamu. He just don't know kan kondisi kamu lagi butuh apa engga. He just know how to judging without knowing behind. Have a nice day!

Minggu, 29 Oktober 2017

Shape Yourself, Duhai Wanita

Bandung, 29 Oktober 2017

Selamat sore, semua pembaca! Tulisan ini hadir di kala diri sedang lenyeh-lenyeh di atas ranjang tanpa melakukan kegiatan apapun. Ada sih sebenarnya, hanya scroll down sosmed-sosmed yang ada di smartphone. Like usual, buka whatsapp dan tutup, kemudian buka line dan tutup, kemudian buka instagram dan tutup, buka gmail dan tersadar! Hahaha.. Syukurlah tersadar, tidak kembali mengulang rute buka-buka sosmed.

Aku akui, punya smartphone berpeluang membuat seseorang lalai. Tapi gak sejelek itu juga sih, bagi sebagian orang ada yang menggunakannya untuk aktivitas jual-beli dan endorse. Nah, endorse! Sedikit ingin membahas terkait endorse. Cukup bagus menurutku. Adanya endorse mempermudah pelanggan menemukan toko yang cocok atas kebutuhan yang diperlukannya. Eits, tunggu dulu. Ada yang ingin aku garis bawahi di sini. Jangan sampai endorse membuat seorang wanita di'cap' dengan yang tidak baik. Kenapa? Tidak sedikit yang endorse itu memakai baju yang minim atau sebut saja pakai baju yang tidak cukup kainnya, membuka aurat? Ya, kebanyakan juga ada tapi tidak sedikit juga ada yang menutup aurat. Hmm, kalau itu sudah pasti endorse gamis atau hijab syar'i. Tidak sedikit juga yang tidak memakai jilbab, namun ada juga yang memakai jilbab tapi tidak sesuai dengan yang dianjurkan dalam agama. Kenapa? Jual-beli jilbab tapi modelnya memakai dengan cara yang salah. Syukurlah kalau yang difoto hanya bagian wajah, bagaimana jika full body? Jilbab yang tidak menutup dada seperti yang dianjurkan dalam agama kita yaitu Islam. 

Surat Al-Ahzaab, ayat 59,
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Cukup bagus sebenarnya karena mengajak wanita yang tidak berjilbab menjadi tertarik untuk memakai jilbab. Namun, hendaknya disertai dengan pengetahuan bahwa memakai jilbab bukan hanya menutup bagian kepala saja. Ditambah lagi, para model endorse atau model jual beli hijab memakai make-up yang terlalu berlebihan. Sehingga menyebabkan orang yang melihatnya timbul nafsu. 
Ini masih fenomena endorse dan jual beli hijab, belum lagi selebgram. Aku hanya takut, dikarenakan sosmed masa kini malah mengekploitasi wanita secara besar-besaran hingga lupa bagaimana hakikatnya wanita yang sesuai dengan agama. Aku hanya takut, wanita hanya mementingkan penampilan secara fisik namun ia lupa memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas ibadah dan akhlaknya. Bukankah sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita solehah? Tidak disebutkan perhiasan terindah adalah wanita yang berparas cantik nan rupawan. Aku hanya takut, para wanita cantik ternyata isi kepalanya kosong! Bukankah wanita akan menjadi seorang Ibu dan seorang Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, Ibu memegang peranan penting dalam membentuk generasi cerdas dan berakhlak baik?
Shape yourself dengan menjadi wanita yang cerdas, berakhlak mulia, sholehah dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Jangan hanya mengandalkan kecantikan fisikmu saja karena sewaktu-waktu Allah dapat mengambilnya darimu hanya dalam waktu sekejap saja. Tidak perlu takut ga akan ada lelaki yang mendekat, karena semua orang udah punya kriteria masing-masing. Orang yang mau mendekat dengan kamu pasti dia mencari sesuatu dan itu ada di kamu. Kalau emang dia ga mencari sesuatu itu di kamu ya pasti dia ga akan mendekati kamu. Tenang aja, masih banyak lelaki di dunia ini yang punya pikiran terbuka kalau cantik itu bukan dari pakaian dan make up tebal, bukan dari wanita tidak berkacamata kemudian wanita berkacamata tidak cantik, bukan pula dari rambutnya lurus atau keriting, bukan dari wanita yang memakai jilbab bermotif atau tidak, dan masih banyak lagi lainnya. Tinggalkan saja lelaki yang mencari kesempurnaan pada wanita tapi dia lupa dirinya jauh dari kesempurnaan.

Jumat, 27 Oktober 2017

Apa yang terjadi jika tak ada tekanan atmosfer?

Tekanan atmosfer adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi siswa SMP ataupun SMA saat mereka belajar sains. Saya kurang tau apakah guru mengajarkan manfaat tekanan atmosfer bagi lingkungan sekitar atau tidak. Agar tujuan pembelajaran tercapai sudah barang tentu manfaat tekanan atmosfer tersebut haruslah dijelaskan. Penjelasannya juga ada baiknya dikemas dengan menarik. Untuk apa sih? Ya, agar siswa tertarik untuk belajar sains.

Adapun salah satu manfaat tekanan atmosfer adalah untuk menjaga penguapan air di muka bumi agar tidak berlebihan. Apabila tidak ada tekanan atmosfer maka bumi akan kekeringan. Hmm, kok bisa sih? Sederhananya, air yang ada di permukaan bumi akan dipanaskan oleh sinar matahari. Sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dikirimkan dalam bentuk gelombang cahaya yang kemudian akan berubah menjadi energi panas. Energi panas akan memutuskan ikatan molekul air. Seperti yang sudah diketahui bahwa molekul air merupakan jenis ikatan lemah yaitu ikatan Van der Waals. Sehingga pada saat energi panas dari matahari memanaskan air maka energi panas akan memutus ikatan antar molekul air dengan begitu mudahnya. Molekul air akan bergerak ke atas atau menguap. Seperti yang udah kita tau pula, tekanan atmosfer itu akan menekan semua yang ada di bawahnya termasuk molekul air yang bergerak ke atas tadi. Akibat adanya tekanan atmosfer ini maka molekul air tadi tidak jadi menguap, ia akan ditekan kembali ke bawah. 

Bayangkan jika tidak ada tekanan atmosfer yang bekerja di alam ini. Maka molekul air akan sangat cepat menguap dan tidak ada molekul air yang berfasa cair. Selain itu, jika bumi tanpa tekanan atmosfer maka air juga dapat mendidih hanya pada suhu ruangan saja.

Wah, luar biasa ternyata yaa..

Minggu, 10 September 2017

Aku Memilih

Tulisan ini ditulis saat ada waktu yang sedikit luang di sela-sela kesibukan dan kegalauan menulis proposal tesis. Andaikan saja, menulis tesis sama seperti menulis di blog, tanpa perlu referensi yang seakurat jurnal Science Education, mungkin saja satu bulan semuanya udah selesai. Tapi ya tetap saja tidak mungkin. Haha. Ada sedikit yang ingin dibahas. Sejujurnya hal ini sedikit mengganggu pikiran.

Baiklah, seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya teknologi tidak dapat lagi dipisahkan dalam kehidupan keseharian. Contoh sederhananya saja, saya nge-blog pakai notebook dan pakai tethering smartphone. Kebanyakan orang sudah kecanduan dengan teknologi terutama sejak adanya smartphone. Bagi sebagian orang akan berkata bahwa smartphone banyak diperlukan di zaman sekarang ini, apalagi era modernisasi. Saya cukup setuju bila fungsinya digunakan dengan sesuai not over. Misalnya untuk berkomunikasi dengan teman-teman sekantor, teman lama, atau keluarga hanya via whatsapp yang notabenenya semua bisa sangat irit biaya. Iya dong, cukup beli paket data 100ribu untuk 2 atau 3 bulan dibandingkan membeli pulsa dan sekali sms memakan biaya 250 rupiah. Coba saja dihitung sendiri, mungkin sebulan bisa habis 250ribu untuk pulsa. Nah, akan menjadi salah fungsinya jika semakin mudah komunikasi via whatsapp kah, bbm kah, line kah, kakao talk kah, dan aplikasi lainnya digunakan untuk mencari wanita-wanita yang dalam tanda kutip "ga bener" dengan mencari pin bb nya, terus pakai whatsapp untuk menggaet suami atau istri orang lain, melakukan perselingkuhan, dan lain sebagainya. Luar biasa karena akses komunikasi semakin bebas tanpa ada batas. 

Selanjutnya, penggunaan sosial media yang berlebihan dapat membuat efek yang luar biasa menurut saya. Penggunaan sosial media sih boleh saja, tapi harus dikontrol. Jangan sampai berefek ingin menjadi selebgram di instagram karena ingin terkenal. Kalau mampu ya tidak apa-apa, jangan sampai pengen jadi selebgram malah harus berhutang pada orang lain. Sekarang penggunaan instagram sangat luar biasa menurut pandangan saya. Banyak orang berlomba-lomba mengunggah foto-fotonya demi mendapat followers yang ribuan, agar terkenal, agar banyak yang like, dan lain sebagainya yang niatnya memang melenceng. Apalagi di instagram banyak wanita yang berpakaian seksi, rok mini, hot pants, berbusana yang tidak pantas dalam syariat Islam. Kalau wanita itu bukan muslim sih ya rapopo, tapi kalau muslim sungguh disayangkan. Memamerkan paha, dada, betis, sudah menjadi hal biasa di instagram. Semua free akses!!! Ini yang sangat bahaya!! Kalau diibaratkan instagram adalah sosial media yang pakai tanda lampu polisi 'wiu wiu wiu'. 

Bayangkan jika ada remaja di bawah umur mempunyai akun instagram, dia akan bebas akses melihat foto-foto yang seharusnya tidak dilihat. Apalagi mereka rasa ingin tahu nya masih sangat tinggi, bisa saja sehabis melihat instagram langsung praktek hal yang tidak diinginkan. Sangat disayangkan, anak-anak dengan usia dini sudah terkotori pikirannya. Kasus lain lagi, seorang suami yang melihat foto-foto wanita seksi di instagram baik disengaja atau tidak, kemudian ingin melakukan hal yang tidak diinginkan dengan wanita tersebut, atau melampiaskan dengan wanita selain istrinya maka apa yang akan terjadi ? rumah tangga bisa terguncang, perselingkuhan, perceraian sangat memungkinkan terjadi. Perceraian adalah hal yang sangat dibenci oleh Allah. 

Begitu banyak hal negatif yang dapat terjadi hanya dari akibat menggunakan smartphone dan mengakses medsos. Akibat sering melihat orang lain mempunyai barang mewah dan sering jalan-jalan tidak kecil kemungkinan kita akan menjadi kufur nikmat, suuzon, dan ghibah. Mengapa ? Saat melihat foto orang lain bisa saja terbersit, "ah, kok aku ga bisa hidup enak seperti dia ya?", Astaghfirullah, sungguh nikmat Allah begitu besar bagi kita, tak terhitung jumlahnya. Kita sibuk melihat kehidupan orang lain, sehingga kita lupa nikmat Allah sebenarnya begitu banyak pada kita.  Bisa melihat, berjalan dengan sempurna tanpa cacat, masih sehat pun adalah nikmat yang sangat luar biasa. Kemudian, melihat foto orang lain bisa saja terbersit, "uangnya dari mana ya? kok dia bisa beli barang mewah, bisa jalan-jalan ke luar negeri", maka suuzon pun akan menghantui kita. Apalagi jika ujungnya berghibah, Astaghfirullah. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal-hal tersebut. Tapi kalau lah smartphone ini cerdas digunakan maka akan mendatangkan rezeki seperti jualan online.

Melihat fenomena tersebut, saya memilih untuk mengurangi frekuensi menggunakan sosial media. Ingin fokus untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri bukan malah menjadi wanita pamer bodi, kehidupan sementara ini jangan sampai kita lupa mempersiapkan bekal akhirat. Jadi ingat dalam ceramahnya AA Gym selalu mengingatkan agar hati-hati dalam menggunakan smartphone.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 05 September 2017

C.E.R.E.W.E.T

Kata "cerewet" sering banget kita dengerin dalam kehidupan kita. Kata lain dari cerewet adalah bawel. Kebanyakan orang merasa risih dan kesal saat ada yang men"cereweti"nya. Kalau aku pribadi sih, kadang merasa senang dan kadang kesal. Tapi aku tidak pernah memperlihatkan kekesalanku. Aku biasanya hanya diam. Kali ini aku pengen menyadarkan eh bukan ding, lebih pengen berbagi perasaan ketika dicerewetin dan dikatain cerewet.

Pengalaman yang paling sering aku alami adalah dikatain kalau aku itu cerewet, bawel, dan kayak emak-emak. Aku suka rada kesel kalau dikatain cerewet. Gimana engga, menurut aku, cerewet itu tanda perhatian. Kalau aku ga cerewet tandanya aku udah ga peduli dan ga perhatian lagi ke orang. So simple! Tapi kebanyakan orang yang aku lihat lebih suka seseorang yang cuek, baik itu dalam hubungan pertemanan atau dalam hubungan asmara. Aku liat sendiri aja, di salah satu anggota geng aku jaman kuliahan S1, ada yang cuek banget, ya sekedarnya aja. Kalau ngumpul ya dia ngumpul. Kalau ngobrol ya dia ngobrol cuma dia ga mau tahu sama masalah temennya yang lain. Nah, sedangkan aku yang lebih aktif dalam saling memberikan masukan lebih sering mengalami masalah. sedangkan temenku yang cuek aja, malah santai-santai aja. Kalau temen yang lain ada masalah yaudah cuma nenangin doang. selebihnya ya elu atasi aja sendiri masalah lu. Kasarnya sih begitu.

ternyata di hubungan asmara juga gitu, aku pernah dikatain bawel. Jadi inget sama pengalaman temenku yang udah merit, kalau lelaki itu tidak suka dengan wanita yang cerewet. Lah, aku jadi mikir, orang yang cerewet itu biasanya perhatian banget. Tapi seringkali dianggap itu malah hal yang bikin risih dan nyebelin. Jadi para lelaki sukanya wanita yang cuek? wanita yang ngehubungin dia kalau lagi ada perlunya aja? Duh, pengen bisa jadi wanita yang begitu, cuek dan memanfaatkan lelaki. Enak deh kayaknya! hidup juga ga ribet, ga mikirin dia. Tapi apaaaa?? I am not that kind of girl!

Sepertinya aku terlahir menjadi wanita yang ceriwis wis, tapi ndak yo wis sama orang lain. Aku memang tipe orang yang pengen ngasi perhatian dan bantuan semampuku. Ga bisa aku berpura-pura cuek dan memanfaatkan orang lain begitu saja. Aku heran dengan orang-orang yang lebih memilih untuk lebih nyaman dengan orang yang tidak cerewet.

Aku lebih suka jika ada yang cerewet ke aku, ngasi perhatian ke aku. Tapi sayangnya ga ada, wkwkwk.. kebanyakan aku yang cerewet tapi eh malah dikeselin sama orang-orang dan dijauhin orang. Kalaupun cerewetannya kadang negbuat risih, lebih baik diem aja. Aaku sih yakin aja, pasti dia cerewet karena dia perhatian dan sayang ke aku. Kalau engga cerewet ya engga perhatian dan engga sayang. Yuk, kita menghargai orang-orang yang cerewet ke kita karena sebenarnya mereka sayang dan perhatian ke kita. Jangan malah kita kesel dan ngerasa risih. Kamu pasti bakalan ngerasa kehilangan saat dia ga cerewet ke kamu lagi. kalau udah kehilangan, baru deh datang si penyesalan,

Semoga bermanfaat..

Selasa, 29 Agustus 2017

Jangan Coba Menyulut Api

Bandung, 30 Agustus 2017

Akh, tidak terasa sudah di penguhujung bulan Agustus. Ternyata sudah akhir bulan ya? Kebanyakan orang akhir bulan merasa sedih. Tapi seperti kali ini tidak. Kenapa? Iya dong, awal September nanti bagi umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Adha. Wah, senangnya yaa.. Momen kembali berkumpul dengan keluarga. Tahun ini masih sama dengan tahun lalu. Idul Adha di tanah orang. Niatnya ingin pulang tapi kondisi badan sedang tidak memungkinkan. Jadinya keinginan untuk pulang diurungkan dulu. Tapi ya tidak masalah sih, toh di sini juga ramai yang tidak pulkam. Lagipula mungkin tahun depan lagi sudah tidak di sini. Just enjoy aja 😀

Well, pengen nulis sesuatu deh hari ini. Tulisan ini terinspirasi dari beberapa permasalahan yang beberapa hari ini terjadi. Aku pengen ngasi analogi sederhana. *ehem.
Para pembaca pasti tau ya apa itu 'api'? Iya, 'A.P.I'. Hanya terdiri dari tiga huruf saja kalau dilihat dari segi tulisan tapi jangan melihat dari sisi sains, entar panjang lebar deh penjelasannya hehe.

Nah, seperti yang kita tau, api itu ada yang nyalanya kecil dan ada yang besar. Saat api menyala kecil, tentu ia akan sangat bermanfaat. Contohnya sederhana saja, api yang kecil dapat membantu ibu kita memasak di dapur, api yang kecil dapat membantu ayah yang ingin menyalakan rokok, api yang kecil juga dapat digunakan sebagai penghangat bagi teman-teman kita yang tinggal di daerah musim dingin, api yang kecil juga berguna sebagai penerang di malam hari bagi teman-teman yang hobi camping, dan masih banyak lainnya manfaat nyala api yang kecil ini. Namun, hati-hati kalau nyala apinya sudah besar. Kenapa? Lihat saja, api yang menyala besar dapat menyebabkan kebakaran dan merugikan masyarakat hanya dalam waktu sekejap saja. Eits, tapi tungggu dulu. Api yang nyalanya besar tentu tidak serta merta hadir begitu saja. Pasti ada penyebabnya kan? Misalnya, rumah yang terbakar biasanya diakibatkan oleh adanya arus pendek atau seringkali kita melihat Ayah membakar sampah dengan nyala api yang kecil kemudian ditambahi dengan minyak lampu atau bensin. Sehingga nyala api langsung membesar.

Cerita di atas dapat kita analogikan ke dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Gimana sih maksudnya? Gini deh, anggaplah kita berperan sebagai 'api'. Pasti kalian pernah diajak dalam hal-hal kebaikan oleh teman-teman sekitar kalian kan? Bagaimana respon kalian? Tentu kalian akan dengan baik menanggapi ajakan yang baik. Selanjutnya, kalian akan melakukan hal baik tersebut. Teman yang mengajak kebaikan inilah yang kita anggap mereka sebagai penyala api. Meskipun nyala api kecil namun ia bisa bermanfaat banyak. kemudian bagaimana sih yang bisa dianggap api menyala besar? Sederhana saja, kita sudah tau si A tidak suka makan ikan. Tapi kita malah menawarinya ikan, mungkin di awal ia maasih dengan baik menanggapinya. Namun kita terus-menerus menawari si A untuk memakan ikan tersebut. Sampai akhirnya si A menjadi jengkel dan marah. Bahkan lebih parahnya lagi mungkin ia membanting piring yang berisikan ikan tersebut. Menurut para pembaca, kita harus marah juga dengan sikap si A atau tidak?

Menurut pandangan saya, si A tidak bersalah. Loh? Kok bisa? Bukannya dia sudah membanting piring yang berisikan ikan sambil marah-marah? Yuk, kita main detektif-detektifan. Hehe. Kita selidiki apa penyebab awal si A bisa bertingkah seperti itu. Di awal si A sudah memberi tahu kita bahwa ia tidak suka makan ikan. Kali pertama, si A sudah memaafkan kita dan tidak ambil pusing. Harapan si A tentu esok ketika mungkin makan bersama lagi, kita tidak menawarkan ikan. Ternyata, kita malah masih saja menawarkan ikan. Begitu sampai beberapa kali. A masih saja sabar merespon kita. Sehingga tiba lah suatu hari si A tidak tahan lagi. Ia pun membanting piring yang berisikan ikan sambil marah-marah. 

Kembali lagi ke analogi tadi, si A tidak akan tersulut amarah kalau kita tidak menawari A untuk makan ikan. Tapi kita masih saja terus-menerus menawarinya. Kita layaknya seperti bensin yang dituangkan ke api, si A. Wajar saja, si A menjadi marah besar bukan? Mungkin sebagian kita hanya melihat sisi sikap A begitu buruk karena ia membanting piring sambil marah-marah namun kita lupa melakukan flashback dan mencari tahu alasan mengapa si A bersikap begitu. 

Sangat sederhana. Kebanyakan kita melihat apa yang ada di depan kita tanpa melihat apa alasan di baliknya. Kebanyakan kita sudah tau apa yang membuat seseorang menjadi marah, namun masih saja memancing keadaan sehingga suasana menjadi panas. Mari kita sama-sama belajar bagaimana menghargai orang lain, memahami apa yang disukai dan tidak disukai oleh lawan bicara kita, tidak mengungkit hal-hal yang membuat suasana menjadi panas dan keruh, menyadari dan mencari tahu mengapa seseorang bersikap tidak baik. Bagaimana posisinya jika kita tanpa sadar yang menjadi penyulut api masalah? baiklah, berikut ini beberapa tips yang didapat dari hasil googling.

1. Say sorry atau meminta maaf. Hal ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Tapi maaf saja tidak cukup loh. Kalau kata Jerry Yan yang berperan sebagai Thao Ming Tse di Meteor Garden, "Kalau minta maaf berguna, untuk apa ada polisi?" Benar juga yaaa, kalau emang minta maaf berguna, yang udah mencuri, menculik, korupsi, ya mereka minta maaf aja, udah selesai toh. ga perlu disidang atau sampe dipenjara. Berarti, itu tandanya maaf saja belum cukup loh.
2. Next, admit your mistakes atau mengakui kesalahan yang sudah diperbuat. Ini penting loh, jangan sampe udah minta maaf tapi malah gatau ngucapin maaf buat apa. Bisa gawat, besok mungkin malah mengulang kesalahan yang sama dan itu-itu terus. Cape' deh! Saat mengakui kesalahan jangan sampai malah merasa ga bersalah. What the hell!😈 Nyebelin banget ga sih orang yang begituan, udah tau salah eh malah berkilah. Lebih parah lagi, malah menyalahkan kita atau orang lain yang berbuat salah. Hmm.. *mikirberat
3. Tanyakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang sudah diperbuat. Ini juga ga kalah penting loh. Balik lagi ke poin 1, maaf aja ga cukup. Coba tanyakan apa yang harus kita lakukan agar kita dimaafkan. Mungkin dia pengen ditraktir bakso Boedjangan. Wkwkwk. Suasana pasti bisa jadi cair deh.. Pada tahap ini, kebanyakan orang yang telah kita sakiti akan mengatakan "Iya, ke depannya, kamu jangan mengulangi kesalahan yang sama ya", atau "Iya, tobat ya jangan ngulang hal yang sama", atau "iya, aku maafin. jangan sampe terulang untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya ya, plus traktir aku nonton dan makan ya. ehhehe". Kalau sudah begini pasti jadi akur.
4. Jangan malu mengakui kesalahan. Poin ini diinget ya, jangan malu mengakui kesalahan dan sebagai tambahan membujuk rayu orang yang sudah kita sakiti hatinya. Karena kuncinya, orang yang sakit hati kalau udah dirayu dengan manis pake gulali pasti langsung luluh. Iya, dia cuma mau yang berbuat salah itu ngaku. So simple. Tapi kebanyakan kita merajakan 'ego'. Beuh! kebanyakan sih cowok kali ya, mungkin karena udah nyadar kalau mereka punya hak dan derajat yang lebih tinggi dari cewek. Tapi, kalau namanya udah salah. Ya, emang ada yang salah gitu kalau cowok mengakui kesalahannya dan membujuk rayu pada orang yang disakitinya (note: dalam arti agar suasana menjadi baik, bukan merayu gombal ya. Lol) ?
5. Berjanji tidak mengulangi kesalahan. Setelah meminta maaf jangan lupa pula untuk berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Percuma mengucapkan "maaf" tapi malah eh besoknya melakukan lagi kesalahan yang sama pula. Duh, duh.. jadi ucapan maaf kemarin maknanya apa? Kalau begitu enak banget dong ya, habis ucapin maaf, eh berbuat lagi kesalahan yang sama. Begitu aja terus sampai kiamar. Weleh weleh.. Jadi baiknya itu adalah setelah meminta maaf berjanjilah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

Noted: Jangan menyulut api, bahaya loh! Semoga bermanfaat.

Sabtu, 22 Juli 2017

Tiket Menuju Jannah-Nya

Menikah bukanlah sebuah perlombaan, tapi menikah adalah perkara menunaikan setengah agama.
Menikah bukanlah siapa yang menang dan siapa yang kalah, tapi menikah adalah perkara siapkah berbagi suka dan duka dengan pasangan hidupmu nanti.
Menikah bukanlah tentang ingin mengumbar foto mesra di sosmed karena sudah halal, tapi menikah adalah awal membangun sebuah rumah tangga yang harmonis tanpa perlu diumbar.
Menikah bukanlah permainan yang hanya 1 atau 2 jam saja dimainkan, tapi menikah adalah bagaimana engkau menghabiskan seluruh sisa hidupmu hanya dengan bersama satu orang saja, berbagi dengan anak-anakmu, dan seumur hidup bahkan hingga surga-Nya.

Hasil gambar untuk marriage is not a game

Banyak juga orang yang khawatir saat melihat orang lain menikah. Saat undangan datang ke tangan kita, tidak jarang hati kita berdesir merasa ingin pula menikah. Eits, tapi tunggu dulu! Apa iya kita benar-benar ingin menikah? Coba kembali kita tanya, kenapa kita ingin menikah? Jika orang bilang, ngapain banyak pertimbangan untuk menikah, toh rezeki sudah Allah yang mengatur. Benar sekali! Saya setuju kok rezeki itu Allah yang atur. Tapi tunggu dulu. Apa iya rezeki datang begitu saja tanpa ada ikhtiar dan doa? Apa iya rezeki akan datang jika nanti ketika menikah justru pasangan kita malah enggan berikhtiar untuk mencari rezeki bersama? Tentu tidak. Tidak mungkin yang namanya rezeki nomplok tanpa adanya ikhtiar dan doa yang kuat.

Hasil gambar untuk marriage

Aku di usia yang menuju 25, yang katanya usia ideal untuk menikah. Aku kurang tau kenapa disebutnya ideal. Sejujurnya, aku sendiri memang ingin menikah. Banyak teman-teman yang seangkatanku sudah menikah. Tapi aku berpikir kembali dan ingin meluruskan niat lagi. Apa iya aku sudah siap menikah? Apa iya ilmu ku sudah cukup nanti ketika menikah? Apakah ilmu ku sudah cukup untuk mendidik anak-anakku nanti? Bukankah madrasah pertama seorang anak adalah ibu? Aku sangat ingin anak-anakku nanti menjadi anak yang soleh, cerdas dan berguna bagi agama serta orang di sekitarnya. Begitu ingin menjadi ibu yang nanti menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sudahkah aku menjadi orang yang tidak egois, ingin menang sendri, dan mendengarkan orang lain? Bukankah ketika menikah aku akan hidup dengan orang lain? Biasanya aku sesuka hati keluar rumah, membeli ini dan itu semauku, yahh.. sesukanya.. Tapi bukankah menikah aku harus siap untuk berbagi dengan suamiku? Keluar rumah juga harus dengan seiizinnya, keuangan harus dikontrol karena pasti banyak kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak, tidak boleh egois karena kehidupan menikah adalah berbagi dan membangun sebuah rumah tangga (read: organisasi kecil menuju Jannah). Tentu jika ingin menjadi rumah tangga yang maju, visi dan misi anggotanya haruslah disamakan dulu, program kerjanya apa saja, goals yang ingin dicapai apa, dan tentu ada bagian keuangan. Banyak lagi hal yang harus dihandle bersama, bukan malah sendiri-sendiri.

Hasil gambar untuk marriage


Bagiku, menikah bukan berarti aku berhenti menjadi seseorang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Aku tetap ingin menjadi sosok yang bermanfaat bagi keluarga kecilku nanti dan orang di sekitarku. Aku ingin menikah bukanlah menjadi penghalang untukku dalam beribadah kepada Allah, tidak sedikit suami yang melarang istri atau kesal melihat istri yang ingin beribadah. Aku ingin menikah bukanlah menjadi penghambat karyaku di masyarakat. Tidak sedikit suami yang melarang istri untuk berkarya dan bermanfaat bagi orang sekitarnya. Tapi tunggu dulu, bisa jadi wanita kebablasan di luar. Nah ini dia, yang ingin pula aku tidak seimbangkan, aku ingin 70% bisa mengabdi dan memberikan perhatian penuh bagi keluarga kecilku dan 30% berkarya dan bermanfaat bagi orang di sekitarku. Pastilah tidak mudah. TENTU! kenapa? Tiket menuju syurga sangat banyak loh dalam berumah tangga atau setelah menikah. Oleh karena itu, dalam menjalani rumah tangga pasti banyak cobaan-cobaan hidup yang akan dihadirkan Allah, membutuhkan kesabaran yang luar biasa, dan menguji ketahanan serta kesetiaan bagi kedua pasangan. Tiket ke Jannah-Nya Allah itu mahal, pasti butuh energi besar untuk mendapatkannya.


Ah,, memikirkan hal seperti ini, membuatku bahagia. Tapi aku harus segera bergegas memperbaiki akhlak dan mencukupkan bekal dan ilmu untuk menuju pintu pengambilan tiket ke Jannah Allah. Semoga aku dan para pembaca segera menuju pintu pengambilan tiket dan mendapatkan tiket menuju Jannah Allah yaaa...

Hasil gambar untuk marriage is not a game

Semoga bermanfaat.

Senin, 17 Juli 2017

Belajar Menghargai Proses

Aceh, Juli 2017

Lama sudah tidak menulis di blog dikarenakan kegiatan akhir studi yang semakin menyita waktu. Ditambah lagi pengerjaan proposal tesis yang harus segera dirampungkan. Kali ini ada sedikit yang ingin dibagikan, kurang tau lebih tepatnya dikatakan ilmu parenting atau hanya berbagi pengalaman. Mungkin nanti para pembaca bisa menyimpulkan sendiri, bagian terpenting adalah semoga menjadi bacaan yang bermanfaat, mampu menginspirasi dan bisa mengubah pola pikir menjadi lebih baik.

Meskipun saya belum melakukan survei secara resmi, beberapa orang dari teman saya, beberapa orang tua, guru dan masyarakat sekitar, saya ingin mengatakan bahwa “belajarlah menghargai proses” adalah hal yang ternyata begitu penting.

Kasus 1.
Mungkin teman-teman pernah melihat atau mendengar orang tua yang mengatakan “berapa nilai ulanganmu tadi di sekolah, nak?”. Secara ilmu kebahasaan saya tidak mampu mengartikannya secara mendalam. Namun saya melihat bahwa konteks kalimat tersebut ingin mendapat jawaban ‘nilai’ yang didapat, tanpa maksud menanyakan bagaimana proses si anak menjawab soal, apakah ada soal yang tidak bisa diselesaikan, apakah waktu pengerjaan soal ulangan cukup, apakah si anak konsentrasi saat menjawab soal. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini luput dari perhatian orang tua. Sehingga efeknya, bisa jadi suatu saat nanti, si anak akan mendapat nilai yang bagus tapi proses mendapatkan jawabannya melalui ‘menghalalkan segala cara’, contoh sederhana saja dengan menyontek atau melakukan hal curang dalam bentuk lainnya. Kenapa demikian? Si anak akan mempunyai pola pikir, ‘toh, orang tua hanya akan menanyakan berapa nilai yang saya dapat, bukan bagaimana cara saya mendapatkan nilai’. Tentu akan sangat berbahaya jika anak mencoba mendapatkan cara dengan tindakan curang seperti menyontek, mengancam temannya agar memberikan jawaban, atau hal lain yang menurut si anak halal untuk dilakukan.

Kasus 2.
Mungkin dalam pergaulan sehari-hari dengan teman sebaya sering kita menanyakan secara sadar atau tidak dalam hal “sudah kerja dimana sekarang?”, atau “sudah menikah?”. Memang sangat sederhana. Tapi sering luput dari perhatian kita untuk menanyakan terlebih dahulu bagaimana kabarnya, apa saja kegiatan saat ini, bagaimana perkembangan kegiatannya, bagaimana dengan pekerjaan, apa yang bisa dibantu untuk mendapatkan pekerjaan, apa yang harus saya bantu agar segera bertemu dengan jodohnya. Kita sering luput bahwa sebenarnya teman kita mungkin butuh bantuan. Kita kurang menghargai proses bagaimana teman kita dalam hal mencari pekerjaan dan jodoh, malah langsung ingin tahu apa jenis pekerjaannya dan siapa jodohnya. Kita jarang sekali menanyakan apa yang perlu kita bantu untuk mereka.

Hal lain yang juga seringkali terjadi, “eh dia kok penampilannya kuno begitu ya? Ga modis, ga fashionable, atau wajahnya dia berjerawat banget ya, berminyak lagi” atau “jilbabnya lebar tapi kok pelit ya kurang sedekah, amalannya masih begitu-begitu saja, malah pacaran lagi” atau “dengar-dengar dia mau menikah ya? Menyiangi ikan saja belum pandai, palingan juga bisanya masak air dan indomie saja”. Jarang sekali kita mendengar, “eh, aku tau loh pasar atau onlineshop yang menjual baju-baju yang bagus tapi dengan harga murah, mungkin kamu bisa coba lihat-lihat, biar penampilanmu jadi makin kece”, atau “by the way, kemarin aku dapat pesan whatsapp kalau di mesjid agung bakalan ada kajian rutin tentang problematika remaja, loh. Kita dateng yuk, pergi bareng yuk” atau “solat dhuha bareng yuk” atau “aku dengar sedang ada penggalangan dana nih buat yatim piatu/korban bencana alam. Kita bantu yuk, biar nambah amalan persiapan tiket ke surga” atau “Aku dapat kabar kalau kamu mau menikah ya? Aku punya kenalan yang buka kursus masak loh, mungkin kamu bisa daftar di sana. Nambah ilmu tentang memasak supaya suami makin lengket di rumah. Hihi”. Kalimat-kalimat di atas sering lupa kita gunakan dalam pergaulan. Kebanyakan kita hanya ingin mengetahui hasil tanpa membantu proses atau melihat proses di balik semua kejadian.

Kasus 3.
Hal ini sering terjadi jika seorang anak gadis akan menikah. Akan banyak pertanyaan-pertanyaan seperti, “memang sudah siap menikah? masih muda sekali kok sudah menikah. Memang sudah bisa apa? Sudah bisa masak belum? Masak sayur saja tidak bisa, mau dikata-katain sama mertua ya dengan kemampuan masak yang begitu? Sudah ada pekerjaan belum kalau-kalau nanti suami meninggal, anakmu mau dikasi makan apa? Calon suamimu kerjanya apa?” Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang sering dilontarkan oleh orang tua atau tetangga-tetangga yang sudah tua. Mungkin hal ini dikarenakan kekhawatiran orang tua yang tidak ingin anaknya hidup susah. Memang benar, akan tetapi bukan berarti langsung meminta hasil ‘jadi’. Kalau menunggu umur siap, tidak akan ada siap-siapnya. Kita selalu akan berpikir tidak siap. Justru harusnya kita memikirkan, bagaimana menyiapkannya. Tentu manusia tidak ada yang sempurna dan ahli dalam semua hal. Hendaknya orang tua membimbing anaknya agar menjadi istri yang baik dan taat pada suami jika menikah nanti bukan malah memborbardir dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin menciutkan mental si anak. Jika anak gadisnya tidak bisa memasak, hendaknya orang tua menawarkan ‘bagaimana jika sebulan sebelum menikah, kamu kursus memasak dulu dengan ibu, supaya suami tidak sering makan di luar, anak-anakmu nanti tidak jajan di luar dan bisa hemat pengeluaran keluarga. Pasti nanti suamimu makin senang punya istri yang pintar masak dan pintar mengelola keuangan rumah tangga’ atau ‘sudah punya buku parenting? Sepertinya kita perlu ke toko buku untuk membelinya. Kamu harus persiapan dari sekarang, loh. Nanti ibu atau ayah temani ya ke toko bukunya.’ Kalimat-kalimat ini jarang sekali kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga kasus di atas, saya rasa cukup sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering luput dalam hal melihat proses yang terjadi namun lebih sering menginginkan sesuatu yang sudah ‘instan’ dan ingin mendapatkan hasil yang langsung baik atau berhasil. Mana mungkin sesuatu yang berhasil dan baik didapat hanya dengan simsalabim abrakadabra. Akan tetapi, tentu melalui suatu proses.

Ada beberapa hal bisa saya sarankan agar kita menjadi seseorang yang mampu menghargai proses;
1. Positive thinking. Tanamkan bahwa apapun yang terjadi dengan pemikiran yang positif terlebih dahulu.
2. Hindari memberikan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang bertanya tanpa maksud atau basa-basi, negatif atau bersifat meremehkan karena hany akan buang-buang energi. Sebaiknya energi disimpan untuk hal berguna lainnya.
3. Pilih kembali pertanyaan atau pernyataan yang akan dilontarkan.
4. Ganti kata-kata negatif dengan kata-kata positif. Mungkin bisa dimulai dengan “bagaimana proses ini.. itu..”, “apakah ada yang bisa saya bantu untuk menyelesaikan masalahmu?” atau dengan beberapa kalimat yang sebelumnya sudah saya sebutkan pada setiap kasus.


Yuk, mulai dari sekarang belajar menghargai proses. Semoga tulisan ini bermanfaat.