RSS

Selasa, 06 Februari 2018

KEHILANGAN

Bandung, 06 February 2018

Hujan sore ini mengingatkan pada begitu banyak memori masa lalu. Dingin. Ya, terlalu dingin dan sendu jika diingat. Ada banyak memori indah namun dingin dan sendu jika diingat. Aku sangat ingin rasanya membekukan ingatan tentang memori itu. Ada banyak memori buruk namun menjadi pengalaman berharga dalam hidup seperti lentera penghangat dalam dinginnya hujan sore ini.

Aku tidak pernah menyesal pada masa lalu. Aku hanya kesal pada diriku yang masih membawa masa lalu pada kehidupanku yang sekarang. Memang memori buruk itu menjadi pelajaran berharga bagiku saat ini. Tapi, aku masih terlalu takut ia datang lagi. Menghantui kebahagiaanku saat ini. Aku terlalu posesif, agresif dan protektif. Jika boleh jujur, aku terlalu takut kebahagiaanku saat ini hilang. Aku ingin menjaga apa yang aku punya dan aku inginkan saat ini. 

Aku sadar, aku terlalu sederhana. Bahkan orang lain saja tidak pernah takut kehilanganku. 
Aku sadar, aku terlalu biasa dalam banyak hal. Bahkan orang lain sering mengomentariku, terutama penampilanku yang terlalu kaku, tidak kekinian, tidak memakai make-up kekinian, intinya ya tidak seperti wanita jaman sekarang pada umumnya.  Aku terlalu old-fashioned.
Aku sadar, aku terlalu kaku. Bahkan orang lain saja acapkali kesal dengan sikapku itu.
Aku sadar, aku terlalu khawatir pada hal-hal sepele. Bahkan aku pun sering diabaikan dan bahkan dianggap terlalu ikut campur pada suatu masalah.

Bahkan pernah ada sebuah istilah, wanita adalah bumi dan lelaki adalah langit. Bumi sudah selayaknya diinjak-injak. Bumi adalah sudah sepantasnya tunduk pada langit. Tapi pernahkah langit sadar bahwa bumi tempat hidupnya makhluk dan sumber makanan bagi kehidupan? Tapi pernahkah langit sadar bahwa air di bumi yang kemudian naik ke langit bahkan air itu pun ingin kembali turun ke bumi? Tapi pernahkah langit sadar bahkan matahari pun ingin menyinari bumi setiap hari? Tapi pernahkah langit sadar jika bumi bisa marah suatu waktu? Pesanku pada langit, Duhai Langit, jangan terlalu sombong dengan ketinggianmu karena tanpa matahari kau hanyalah langit tinggi yang diselimuti oleh kegelapan. Langit, jangan terlalu sombong dengan keluasanmu, bahkan air saja tak ingin berlama-lama di atas langit. air ingin segera jatuh turun ke bumi karena air merindukan bumi.

Aku sadar, aku masih begitu banyak kekurangan. Aku akan sangat berterima kasih dan menyayangi pada seseorang yang benar-benar menerimaku apa adanya. Tapi apakah mungkin ada? Apakah akan dikirimkan oleh Tuhan kepadaku seseorang yang benar-benar menerimaku apa adanya? Apakah akan ada seseorang yang akan benar-benar takut kehilanganku yang sangat sederhana ini? 

Ada banyak hal yang membuatku kehilangan rasa percaya diri. Bahkan hingga saat ini, aku begitu banyak kehilangan rasa percaya diri itu. Aku sangat sulit untuk bangkit. Aku sangat sulit harus tertawa dan tersenyum ketika aku ingin menangis. Aku sangat sulit saat harus mendengarkan padahal aku ingin didengarkan. Apakah aku egois? Apakah aku tidak boleh meluapkan perasaanku seperti rasa senang, sedih, dan marah? Akhh.. pasti orang akan mengatakan aku tidak stabil dan belum dewasa. Akhh.. aku juga manusia, punya perasaan yang harus diluapkan. Aku akan sangat berterima kasih pada orang-orang yang memahami kondisiku ini. Aku akan sangat berterima kasih pada orang yang sabar akan kondisiku ini. Tapi siapa? Apakah Tuhan akan mengirimkannya untukku? Apakah Tuhan akan mengirimkanku seseorang yang akan memahami perasaanku? Apakah Tuhan akan mengirimkanku pelipur laraku? Sampai saat ini, mengapa aku merasa belum dikirimkan? Apa aku kurang bersyukur? Ah.. aku baru menyadari seberapa besar pun aku berharap pada manusia pasti akan kecewa. Ternyata hanya pada Tuhan lah kita berharap. Hanya Tuhan yang selalu akan menerima hamba meski hamba tersebut terkadang lupa pada Sang Pencipta. Hanya Tuhan tempatku menyandarkan diri. Hanya Tuhan tempatku melabuhkan segala kerisauan dan resah hati ini.