Selasa, 29 Oktober 2019
The hardest thing is facing the day with trauma. Surely, we want to throw it away from our mind. But we don't know, why it's so hard.
Rabu, 09 Oktober 2019
Teruntuk Suamiku Tercinta
Tulisan ini kutulis dengan hati yang telah dipenuhi rindu utk bertemu dengan suamiku.
Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku ingin sekali mengucapkan
Rasa syukur yang begitu besar ingin kuucapkan kepada Allah swt yang telah menuliskan takdir bahwa jodohku adalah suamiku saat ini.
Terima kasih ya Allah, engkau pilihkan ia menjadi pendamping hidupku, menjadi imam dalam keluarga kecil kami, menjadi Ayah bagi anak-anakku.
Terima kasih ya Allah, Engkau bukakan pintu hatiku sehingga aku bisa mencintai dan menyayangi suamiku. Teruslah ya Allah, Engkau hadirkan cinta dan kasih sayang di hatiku untuk suamiku dan begitu pula sebaliknya. Jadikan kami keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, menjadi pasangan pula di syurga kelak.
Duhai suamiku tercinta,
Terima kasih karena telah berani berkomitmen untuk hidup bersamaku,
Terima kasih karena telah menerimaku apa adanya sebagai istrimu,
Terima kasih karena telah memberikan nafkah utkku dan fia,
Terima kasih karena engkau telah lelah bekerja demi memenuhi kebutuhanku dan fia,
Terima kasih karena sebisamu meluangkan waktu dan pulang demi aku dan fia,
Terima kasih atas kasih sayang dan cintamu dalam keluarga kecil ini
Semoga Allah sennatiasa menjagamu, suamiku sayang.
Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku ingin sekali mengucapkan
Rasa syukur yang begitu besar ingin kuucapkan kepada Allah swt yang telah menuliskan takdir bahwa jodohku adalah suamiku saat ini.
Terima kasih ya Allah, engkau pilihkan ia menjadi pendamping hidupku, menjadi imam dalam keluarga kecil kami, menjadi Ayah bagi anak-anakku.
Terima kasih ya Allah, Engkau bukakan pintu hatiku sehingga aku bisa mencintai dan menyayangi suamiku. Teruslah ya Allah, Engkau hadirkan cinta dan kasih sayang di hatiku untuk suamiku dan begitu pula sebaliknya. Jadikan kami keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, menjadi pasangan pula di syurga kelak.
Duhai suamiku tercinta,
Terima kasih karena telah berani berkomitmen untuk hidup bersamaku,
Terima kasih karena telah menerimaku apa adanya sebagai istrimu,
Terima kasih karena telah memberikan nafkah utkku dan fia,
Terima kasih karena engkau telah lelah bekerja demi memenuhi kebutuhanku dan fia,
Terima kasih karena sebisamu meluangkan waktu dan pulang demi aku dan fia,
Terima kasih atas kasih sayang dan cintamu dalam keluarga kecil ini
Semoga Allah sennatiasa menjagamu, suamiku sayang.
Jumat, 20 September 2019
Terima Kasih Anakku, Fia
Terima kasih anakku, fia..
Terima kasih karena fia :
❤ selalu tersenyum ketika bangun pagi, seolah fia ingin memberikan semangat utk mama agar mama lebih giat lagi bekerja dan kuat menghadapi hari ini.
❤ selalu sabar menunggu mama pulang kerja untuk disusui
❤ selalu baik budi kalau ditinggal mama pergi kerja
❤ selalu tidur cepet kalau malam seolah fia tau mama pun harus tidur lebih awal karena besok mama pergi kerja
❤ selalu tidur lelap kalau malam seolah tau kalau fia rewel mama pasti kerepotan karena mama ngejaga fia sendirian tanpa nenek, eyang dan abi
❤ mengajarkan mama kesabaran
❤ mama kuat, mama bisa kerja, mama bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa harus ada pembantu. Dulu, mama pikir mama ga sanggup, tapi karena Allah memberikan kasih sayang di hati mama untuk fia, Alhamdulillah dan Insya Allah mama sanggup.
❤ mama bisa tegar hidup berdua bersama fia di sini meski kita jauh dr eyang, nenek dan abi.
❤ hilang semua lelah mama
❤ pelengkap kebahagiaan mama dan abi.
Setiap kali memikirkan ini, mama selalu menangis.
Maafin mama anakku sayang kalau mama masih belum bisa menemani fia seharian 24 jam di rumah, maafin mama kalau mama masih byk kekurangan dalam memberikan kasih sayang dan cinta untuk fia. Tapi mama janji, mama akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk fia. Karena mama sayang Fia ..
Terima kasih karena fia :
❤ selalu tersenyum ketika bangun pagi, seolah fia ingin memberikan semangat utk mama agar mama lebih giat lagi bekerja dan kuat menghadapi hari ini.
❤ selalu sabar menunggu mama pulang kerja untuk disusui
❤ selalu baik budi kalau ditinggal mama pergi kerja
❤ selalu tidur cepet kalau malam seolah fia tau mama pun harus tidur lebih awal karena besok mama pergi kerja
❤ selalu tidur lelap kalau malam seolah tau kalau fia rewel mama pasti kerepotan karena mama ngejaga fia sendirian tanpa nenek, eyang dan abi
❤ mengajarkan mama kesabaran
❤ mama kuat, mama bisa kerja, mama bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa harus ada pembantu. Dulu, mama pikir mama ga sanggup, tapi karena Allah memberikan kasih sayang di hati mama untuk fia, Alhamdulillah dan Insya Allah mama sanggup.
❤ mama bisa tegar hidup berdua bersama fia di sini meski kita jauh dr eyang, nenek dan abi.
❤ hilang semua lelah mama
❤ pelengkap kebahagiaan mama dan abi.
Setiap kali memikirkan ini, mama selalu menangis.
Maafin mama anakku sayang kalau mama masih belum bisa menemani fia seharian 24 jam di rumah, maafin mama kalau mama masih byk kekurangan dalam memberikan kasih sayang dan cinta untuk fia. Tapi mama janji, mama akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk fia. Karena mama sayang Fia ..
Rabu, 20 Maret 2019
Dashyatnya Kekuatan Cinta Suami Istri
20 Maret 2019, Pekanbaru
Assalamu'alaykum wr.wb
Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. Karena kondisi penulis sedang hamil dan sulit mencari mood untuk menulis. Ya harap maklum ya.. Hehe. Ditambah lagi persiapan tes CPNS yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Kondisi keluarga yang sedang dalam musibah. Padahal banyak yang ingin disampaikan lewat tulisan.
Well, hari ini ingin membahas terkait renungan penulis terhadap yang namanya cinta. Eeeaaakkk... Bukan lagi puber. Tapi penulis lagi kasmaran. Hahaha. Rasanya belum cukup cukup kasmaran dengan sang suami. Ditambah lagi sekarang LDRan dengan suami. Waktu kebersamaan dengan suami bisa dihitung pake jari. Huft.
Yang aku rasakan ketika bersama suami adalah, aku merasa semakin kuat. Kalau suami lagi ga di rumah rasanya mau ngapain aja males, mau masak aja males. Tapi kalau ada suami, kondisi lagi kurang fit tetep diusahakan untuk masakin buat suami. Itulah karena cinta dapat menguatkan. Ketika bersama suami aku merasa tidak ada yang perlu aku takutkan. Coba kalau lagi LDRan, yang ngerasa ada yg ngetok pintu, piring jatuh, suara kresek kresek, adaaaa aja, kadang tidur pun ga tenang. Tapi kalau ada suami, udah.. Ketemu bantal langsung deh tidur, bahkan kalau kata suami aku tidur sambil main musik klasik alias mendengkur. Hahaha.. Bersama suami aku merasa semua hal insya Allah dapat aku lalui, entah karena suami terus menyemangatiku. Pokoknya hal yg aku rasa tidak mungkin menjadi mungkin saja terjadi.
Kok kesannya menuhankan suami? Eits, tunggu dulu.. Bukan itu maksudnya. Di sini penulis ingin menjelaskan, bahwa sedemikian besar dashyatnya pengaruh cinta antara suami istri yang telah diatur oleh Allah. Semua karena telah diatur oleh Allah. Maka tidaklah salah Allah mengatakan bahwa laki-laki adalah pelindung bagi kaum perempuan. Ternyata benar adanya.
Terima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan suami yang luar biasa untukku. Terima kasih telah menghadirkan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga kami, smoga selalu Engkau berikan ketentraman dan kesejukan serta rezeki dan anak2 yang soleh/solehah dalam keluarga kami.
I love you, my super husband. Wish our love till Jannah.
Assalamu'alaykum wr.wb
Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. Karena kondisi penulis sedang hamil dan sulit mencari mood untuk menulis. Ya harap maklum ya.. Hehe. Ditambah lagi persiapan tes CPNS yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Kondisi keluarga yang sedang dalam musibah. Padahal banyak yang ingin disampaikan lewat tulisan.
Well, hari ini ingin membahas terkait renungan penulis terhadap yang namanya cinta. Eeeaaakkk... Bukan lagi puber. Tapi penulis lagi kasmaran. Hahaha. Rasanya belum cukup cukup kasmaran dengan sang suami. Ditambah lagi sekarang LDRan dengan suami. Waktu kebersamaan dengan suami bisa dihitung pake jari. Huft.
Yang aku rasakan ketika bersama suami adalah, aku merasa semakin kuat. Kalau suami lagi ga di rumah rasanya mau ngapain aja males, mau masak aja males. Tapi kalau ada suami, kondisi lagi kurang fit tetep diusahakan untuk masakin buat suami. Itulah karena cinta dapat menguatkan. Ketika bersama suami aku merasa tidak ada yang perlu aku takutkan. Coba kalau lagi LDRan, yang ngerasa ada yg ngetok pintu, piring jatuh, suara kresek kresek, adaaaa aja, kadang tidur pun ga tenang. Tapi kalau ada suami, udah.. Ketemu bantal langsung deh tidur, bahkan kalau kata suami aku tidur sambil main musik klasik alias mendengkur. Hahaha.. Bersama suami aku merasa semua hal insya Allah dapat aku lalui, entah karena suami terus menyemangatiku. Pokoknya hal yg aku rasa tidak mungkin menjadi mungkin saja terjadi.
Kok kesannya menuhankan suami? Eits, tunggu dulu.. Bukan itu maksudnya. Di sini penulis ingin menjelaskan, bahwa sedemikian besar dashyatnya pengaruh cinta antara suami istri yang telah diatur oleh Allah. Semua karena telah diatur oleh Allah. Maka tidaklah salah Allah mengatakan bahwa laki-laki adalah pelindung bagi kaum perempuan. Ternyata benar adanya.
Terima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan suami yang luar biasa untukku. Terima kasih telah menghadirkan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga kami, smoga selalu Engkau berikan ketentraman dan kesejukan serta rezeki dan anak2 yang soleh/solehah dalam keluarga kami.
I love you, my super husband. Wish our love till Jannah.
Rabu, 13 Maret 2019
Ibu Rumah Tangga-pun Harus Profesional
Seperti Sabtu pagi biasanya, aku mengikuti kajian rutin di Mesjid Alfurqan Kampus UPI. Materi kali ini menurutku sungguh menarik. Terutama bagi para wanita yang akan menikah dan bagi yang sudah menikah. Berikut ini summary dari kajian rutinku hari ini.
😊😊😊😊😊
Ada 3 peran utama dari seorang muslimah antara lain:
1. Menghambakan diri kepada Allah
Peran ini merupakan wajib bagi para muslimah baik yang belum menikah ataupun yang sudah menikah dan memiliki anak. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk beribadah dan menghambakan dirinya kepada Sang Pencipta, Allah swt. Tidak ada alasan untuk mengurangi ibadah meskipun seorang muslimah tersebut, baik yang belum menikah atau sudah menikah atau bahkan sudah memiliki anak. Ada beberapa muslimah terutama yang belum menikah dan sedang menyelesaikan studi, mengeluhkan bahwasanya banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan sehingga lupa waktu shalat, lupa tilawahnya dan lupa dzikirnya. Na'udzubillah. Adalagi muslimah yang sudah menikah dan sudah memiliki anak, ada beberapa yang mengeluhkan sungguh repot sehingga ibadah pun jadi lupa, tilawahnya jadi ketinggalan, dan dzikirnya jadi hilang. Sungguh jangan menjadikan hal tersebut adalah alasan. Hal tersebut akan membuat diri kita merugi. Apabila seorang muslimah sadar akan perannya menghambakan diri kepada Allah maka tentu dia akan mampu memanage waktunya antara urusan akhirat dan duniawi.
2. Mendidik anak-anaknya
Sering kita dengar bahwasanya banyak wanita yang sekolah tinggi namun pada akhirnya dia gagal dalam kehidupannya. Adapun yang dimaksud gagal dalam kehidupannya disebabkan wanita tersebut menganggap bahwa dirinya mampu mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Dia adalah yang paling hebat dan mampu mencari nafkah sendiri. Lebih parahnya lagi wanita yang sudah menikah dan karirnya jauh lebih maju dari suami membuat wanita tersebut menghina dan mengintimidasi suaminya. Sungguh disayangkan ilmu yang didapatnya malah membuatnya menjadi sosok wanita yang tidak mampu menjadi contoh dalam keluarganya. Namun tidak sedikit juga sekarang ini wanita yang bersekolah tinggi memiliki prinsip bahwa mengecap pendidikan setinggi-tingginya bukan untuk menjadikannya sombong namun karena wanita sadar bahwasanya perannya adalah untuk mendidik anak-anaknya. "Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya".
Saya dan beberapa teman saya sempat sharing bahwasanya jika suatu saat nanti kami telah berkeluarga dan memiliki anak, kami ingin mendidik anak-anak kami melalui tangan-tangan kami. Ilmu pendidikan yang kami dapatkan sekarang sangat ingin diaplikasikan pada anak-anak kami nantinya. Mengapa hal ini terjadi? Saya sempat heran, mengapa teman-teman saya yang sudah sekolah hingga tingkat master malah senang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Betapa menyadarinya mereka bahwasanya pendidikan anak sangat penting melalui tangan ibunya. Namun tidak ada masalahnya juga jika para wanita ingin berkarir asalkan tetap memiliki waktu untuk mendidik anak-anaknya.
3. Menjadi pendamping setia bagi suaminya
Sudah pasti seorang wanita haruslah menaati suaminya ketika sudah menikah. Wanita yang telah menjadi istri maka wajiblah ia menjadi pendamping suaminya baik susah ataupun senang.
*bagian ini tidak dibahas lebih lanjut karena penulis belum punya pengalaman. Penulis belum menikah LoL (pada saat menulis ini sudah hampir setahun lalu)
4. Menjadi saudara bagi masyarakat
Di samping menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah, mendidik anak, dan menjadi pendamping setia bagi suaminya, ada poin yang tidak kalah penting untuk dilakoni oleh seorang muslimah, yakni menjadi seseorang yang bermanfaat pula bagi sekitarnya. Inilah yang dikatakan bahwasanya hubungan kita bukan hanya dengan Sang Pencipta tapi juga hablumminannaas. Menjalin hubungan yang baik dengan sesama muslim juga merupakan hal yang tidak kalah penting.
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat.
Bersyukurlah Ada yang Mengkritikmu
Beberapa hari ini banyak sekali rasanya hal-hal yang bikin stressful banget. So, I try to relieve stress dengan menulis di blog. Gak ada salahnya kan? Tulisan ini dikembangkan dari status facebook beberapa hari yang lalu.
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang kerjanya 'mengkritik dan mengomentari' orang lain. Banyak tuh, contohnya para juri lomba menyanyi, baca puisi atau lomba lainnya. Kalau yang begitu sih, bagus ya? Memberikan kritikan dan komentar yang positif. Selain itu, posisi juri juga sudah ditentukan, ya posisinya sebagai seorang hakim dari suatu perlombaan. Juri yang dipilih pasti yang sudah ahli di bidang tertentu dan mempunyai wewenang untuk memberikan kritik dan komentar. Kemudian bagaimana dengan orang-orang yang memberikan kritikan pada orang lain namun dia tidak punya wewenang? Gimana sih maksudnya?
Baiklah, mari kita permudah.
Bersyukurlah pada orang-orang yang mau memberikan waktunya untuk mengurusi dan mengomentari kehidupan kita. Kenapa? Tentu saja kita besyukur dan berterima kasih. Di sela-sela waktunya ia masih saja punya waktu buat kita yang notabenenya mungkin saja hidupnya belum terurus dengan baik tapi ia sudah mengurusi kita. Namun hal yang harus diingat, jaman sekarang sudah edan. Kita buat baik, masih ada juga yang berkomentar negatif, konon lagi berbuat jahat, bukan lagi dihujat bahkan main hakim sendiri sampai dibakar hidup-hidup. Kita hidup tidak mungkin menuruti semua omongan orang. Kita hidup tidak mungkin disukai oleh semua orang. Rasulullah yang sudah pasti masuk surga saja masih banyak yang mencerca apalagi kita yang masih jauh dr jaminan masuk surga. Hal terpenting adalah selalu mencoba berbuat yang terbaik dan tidak merugikan orang lain.
Perjalananku Untuk Mengabdi Bagi Indonesia
Sebelum berbagi pengalaman terkait tes CPNS Kemenag 2018,
sejenak izinkan diri ini memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya bernama Diniya asal Aceh baru saja menikah
dengan lelaki berdarah Jawa dan lulus menyandang gelar
Magister
Pendidikan jurusan IPA di
Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung. Studi yang diselesaikan selama 2 tahun itu didanai
oleh beasiswa LPDP. Singkatnya, wisuda kelulusan diselenggarakan pada tanggal 10 Oktober
2018. Pada
saat itu bertepatan
dengan pendaftaran administrasi CPNS. Awalnya ingin fokus
mengurus anak karena kondisinya saat ini saya sedang hamil anak pertama. Namun, suami memberikan restu dan dukungan penuh agar saya ikut CPNS tahun ini. Suami, Lukman
Supriadi, S.S, M.Hum, merupakan lulusan CPNS Kemenkumham tahun 2017
lalu.
Alasan suami yang
notabene merupakan alumni penerima beasiswa LPDP mengatakan
bahwa negara telah memberikan beasiswa selama dua tahun terakhir, maka bukankah lebih
baik jika memberikan sesuatu seperti ilmu yang telah dipelajari selama
studi sebagai bentuk pengabdian untuk negara ini. Selain itu, menebarkan ilmu yang bermanfaat juga merupakan
salah satu dari 3 amalan jariyah. Selaras dengan hadis Rasulullah saw “Jika manusia mati, maka
terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak
shalih yang
selalu didoakan orang tuanya.” (HR.
Muslim,
no. 1631)
Pada
tanggal 12 Oktober 2018
akun dan form pendaftaran online telah diselesaikan
dengan baik dan rapi. Pada tanggal 15 Oktober 2018 berkas dikirimkan ke kampus tujuan yaitu
UIN Suska Riau yang terletak di Pekanbaru Kota. Pada hari pengiriman berkas, ternyata pihak ekspedisi Pos Indonesia tidak mau menerima
pengiriman
berkas CPNS. Hal ini dikarenakan
waktu penerimaan berkas hanya tersisa
2 hari.
Pihak ekspedisi takut pengiriman tidak sampai ke
tujuan dan akan berakibat gagalnya para pendaftar CPNS. Saya memutar otak untuk mencari cara agar dokumen
bisa dikirim. Tiba-tiba terlintas di pikiran untuk
mengirmkan via agen
travel. Sambil mengucapkan Bismillah dan berpikir bahwa
rejeki tak akan tertukar, saya memberikan dokumen pada
agen travel untuk dikirim ke
kampus UIN. Alhamdulillah,
dokumen tiba dengan selamat
meski kampus akan tutup
5 menit lagi.
Sebulan pun berlalu dan peserta yang lolos tahap selanjutnya telah diumumkan. Alhamdulillah saya lolos ke tahap SKD bersama 13 peserta lainnya. Bukanlah hal
yang mudah
selama perjalanan dari rumah menuju
ke lokasi tes SKD. Pada saat itu saya sedang hamil anak pertama dan usia kandungan masih sangat belia yaitu 3 bulan.
Pada hari Sabtu, saya dan suami
yang bertempat tinggal di kabupaten Rokan Hilir berangkat menuju Pekanbaru Kota, tempat
pelaksanaan tes SKD, yang jika ditempuh perjalanan darat akan memakan waktu selama 7 jam.
Adapun kondisi jalan aspal dari Ujung
Tanjung ke Batu Enam rusak parah, jalan berlubang-
lubang sehingga ketika di dalam mobil travel penuh guncangan. Guncangan yang bisa
membahayakan kondisi janin saya. Ditambah lagi adanya tiga titik lokasi perbaikan jalan yang
akhirnya akan menambah waktu perjalanan. Kondisi perjalanan
seperti itu membuat saya muntah hebat di dalam
mobil travel. Syukurlah pada saat itu
suami menemani saya.
Tes SKD
dilaksanakan pada hari Senin dan suami saya tidak dapat menemani karena harus harus kembali masuk kerja. Suami belum bisa mengambil cuti karena notabenenya suami
masih berstatus CPNS. Pada hari
Senin saya
berangkat sendiri dengan menggunakan jasa
Gojek sambil membawa tas jinjing berisikan baju. Ya, karena saya sudah tiba di hari Sabtu untuk berjaga-jaga agar stamina cukup fit pada hari Senin ketika tes. Tiba
di Hotel Labersa, banyak orang melihat
ke arah saya karena saya menjinjing
tas seperti orang mau kabur dari
rumah padahal hanya
ikut
tes CPNS. Pukul 10.00 wib, tes
CAT SKD dimulai. Sebelum tes,
saya menyempatkan diri untuk makan terlebih dahulu. Tentu hal itu saya lakukan karena saya
harus tetap memperhatikan kondisi dan asupan bagi janin saya. Saya pun sangat bersyukur karena selama pendaftaran ulang
hingga menuju ruang
tes panitia memberikan ‘hak khusus’
bagi
ibu
hamil. Setelah
1
jam
30
menit,
hasil tes langsung
tertera
di
layar komputer.
Alhamdulillah, saya satu-satunya yang lulus passing grade dari 13 pesaing di formasi umum
Pendidikan IPA.
Satu bulan berlalu, saya satu-satunya peserta yang masuk ke tahap SKB di formasi umum
Pendidikan IPA. Sabtu malam saya dan suami tiba di Pekanbaru Kota dan Sabtu sore rasanya
seperti disambar
petir, saya mendapat kabar
buruk dari keluarga
di Aceh yaitu Ayah dan Ibu
kandung saya mengalami kecelakaan.
Ayah mengalami luka-luka berat
dan
adanya penggumpalan darah di bagian otak belakang sehingga Ayah harus segera menjalankan operasi
pada hari Minggu pagi. Betapa sedihnya
hati ini, saya tidak bisa pulang karena Senin saya harus mengikuti tes SKB. Jujur saja, saya tidak lagi belajar dan tidka mempersiapkan diri
secara maksimal untuk
tes.
Pikiran saya hanya tertuju pada
Ayah dan
keluarga yang di
Aceh.
Pada
hari Rabu selesai tes SKB, saya menyiapkan segala keperluan untuk pulang dan
suami sedang dalam perjalanan dari Rokan Hilir ke Kota Pekanbaru. Kamis pagi kami berangkat dari Bandara Sultan Syarif Kasim II menuju Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh.
Ayah telah menyelesaikan operasi sejak hari Minggu namun hingga
hari Kamis saya dan suami
tiba, ayah masih dalam keadaan koma dan tidak sadar di ruang ICCU
Rumah Sakit Zainal
Abidin, Banda Aceh. Kondisi Ayah sangatlah parah, mata sebelah kanan rusak sedangkan mata
kiri belum dapat dipastikan apakah masih
normal atau tidak. Luka-luka di
bagian wajah dan kiri-kanan
tangan.
“Assalamua’alaykum ayahku tersayang. Kami pulang menjenguk ayah dan ingin
mengabarkan bahwasanya hanya saya yang lulus di tahap SKB dan insya Allah impian Ayah yaitu ingin saya menjadi Dosen PNS akan segera terwujud. Ayah cepat sadar, Ayah lihat adek sukses dulu ya, Ayah. Adek sangat ingin membanggakan dan membahagiakan ayah. Ingin membalas semua kasih sayang dan apa-apa yang telah ayah berikan.”. Terlihat di sudut mata ayah, ada
air
mata yang mengalir. Saya
dan suami pun membacakan surah yasin. Berselang
selama seminggu, Allah
memanggil ayah saya ke sisi-Nya di malam Jum’at tepat 27 Desember
2018. Perasaan yang tak dapat saya gambarkan di penghujung tahun 2018, rasa sedih yang luar biasa mendalam karena Ayah telah tiada namun bahagia karena saya lulus menjadi CPNS Dosen jurusan Pendidikan IPA di Kampus UIN SUSKA Riau, Pekanbaru seperti impian Ayah
saya.
Saya persembahkan pencapaian ini khusus untuk Ayah tercinta. Terima kasih saya ucapkan atas segala kasih sayang, cinta
dan
pengorbananmu, Ayah. Jika tanpamu, maka saya tak dapat menjadi sosok seperti sekarang ini. Maafkan saya yang belum sempat membalas
semua yang telah engkau berikan pada saya. Kuucapkan pula rasa syukur yang tanpa henti pada Allah
swt atas apa yang telah Dia berikan, tentu Allah adalah Sebaik-baiknya Pembuat Rencana
kehidupan ini. Saya selipkan do’a dan Alfatihah untuk Ayahanda
tercinta, almarhum Drs.
Suharlan Djakfar. Semoga segala amal ibadah Ayah diterima oleh Allah swt. Tak lupa pula rasa terima kasih saya ucapkan atas ridho, do’a, semangat dan dukungan dari suamiku tercinta
dan keluarga.
“Karena sesungguhnya bersama
setiap
kesulitan ada kemudahan” (Q.S
Al-Insyirah, ayat
5)
Langganan:
Postingan (Atom)